A. PENGERTIAN
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah
suatu keadaan individu memiliki penurunan
kemampuan mengonsumsi cairan dan/atau makanan padat dari mulut ke lambung.(Kim,
McFarland dan McLane, 1995 dalam Potter dan Perry, Fundamental Keperawatan
Volume 2).
Atau suatu keadaan ketika individu yang tidak puasa
mengalami atau berisiko mengalami penurunan berat badan yang berhubungan dengan
asupan yang tidak adekuat atau metabolisme nutrient yang tidak adekuat untuk
kebutuhan metabolik.(Carpenito, Lynda Juall, 2007).
Faktor pendukung dalam ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari tubuh:
1) Kerusakan
Geligi
Keadaan
ketika individu mengalami penghentian pola perkembangan /erupsi gigi atau integritas
structural gigi .(Carpenito, Lynda Juall, 2007).
2) Gangguan
Menelan
Keadaan ketika seorang
individu mengalami penurunan kemampuan untuk secara volunteer memasukkan cairan
dan/atau makanan padat dari mulut ke dalam lambung . (Carpenito, Lynda Juall,
2007).
3) Ketidakefektifan
Pola Menyusu
Suatu keadaan ketika
bayi ( dari lahir sampai 9 bulan ) memperlihatkan gangguan kemampuan mengisap
atau mengkoordinasi respons mengisap – menelan , yang mengakibatkan
ketidakadekuatan nutrisi oral untuk kebutuhan metabolik
(Carpenito, Lynda
Juall, 2007).
Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh adalah suatu keadaan
ketika seorang individu mengalami atau berisiko mengalami penambahan berat
badan yang berhubungan dengan asupan yang melebihi kebutuhan metabolik. (Carpenito,
Lynda Juall, 2007).
B. FAKTOR YANG
BERHUBUNGAN
1.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan :
Patofisiologis
a.
Berhubungan
dengan peningkatan kebutuhan kalori dan kesulitan dalam mencerna kalori yang
mencukupi sekunder akibat luka bakar ( fase pasca-akut ) , kanker, infeksi,
trauma, atau ketergantungan bahan – bahan kimia.
b.
Berhubungan
dengan disfagia sekunder akibat :
1) Cedera
serebrovaskular 4)
Penyakit Parkinson
2) Sklerosis
amiotrofik lateral 5)
Kelainan neuromuscular
3) Paralisis
serebral 6)
Distrofi otot
c.
Berhubungan
dengan penurunan penyerapan nutrient sekunder akibat penyakit Crohn
,intoleransi laktosa, fibrosis kistik
d.
Berhubungan
dengan penurunan keinginan untuk makan sekunder akibat perubahan tingkat
kesadaran
e.
Berhubungan
dengan muntah yang dirangsang sendiri ,latihan fisik karena kelebihan asupan
kalori atau menolak untuk makan sekunder akibat anoreksia nervosa
f.
Berhubungan
dengan keengganan untuk makan karena takut keracunan sekunder akibat perilaku
paranoid
g.
Berhubungan
dengan anoreksia, agitasi fisik berlebihan sekunder akibat kelainan bipolar
h.
Berhubungan
dengan anoreksia dan diare sekunder akibat infeksi protozoa
i.
Berhubungan
dengan muntah, anoreksia, dan gangguan pencernaan sekunder akibat pancreatitis
j.
Berhubungan
dengan anoreksia, gangguan metabolisme lemak dan protein , dan gangguan
penyimpanan vitamin sekunder akibat sirosis.
Berhubungan
dengan Tindakan
a.
Berhubungan
dengan peningkatan kebutuhan protein dan vitamin untuk penyembuhan luka dan
penurunan asupan sekunder akibat :
Pembedahan, medikasi ( kemoterapi kanker ), rekonstruksi bedah mulut, kawat
rahang, atau terapi radiasi
b.
Berhubungan
dengan ketidakadekuatan absorpsi sebagai efek samping dari :
1) Kolklsin
4)
Piremetamin
2) Antasida 5)
Neomisin
3) Asam
para-aminosalisilat
c.
Berhubungan
dengan penurunan asupan oral , ketidaknyamanan mulut , mual , muntah sekunder
akibat :terapi radiasi , kemoterapi, tonsilektomi
Situasional (
Personal , Lingkungan )
a.
Berhubungan
dengan penurunan keinginan untuk makan sekunder akubta anoreksia, depresi,
stress, isolasi social, mual dan muntah atau alergi
b.
Berhubungan
dengan ketidakmampuan untuk menghasilkan makanan ( keterbatasan fisik , masalah
financial atau transportasi )
c.
Berhubungan
dengan ketidakmampuan mengunyah ( kerusakan atau kehilangan gigi, gigi palsu
longgar )
d.
Berhubungan dengan
diare sekunder.
Maturasional
Bayi/Anak
a.
Berhubungan
dengan ketidakadekuatan asupan sekunder akibat : kurang stimulasi emosional
/sensoria atau kurang pengetahuan tentang pemberi asuhan
b.
Berhubungan
dengan malabsorpsi , batasan diet dan anoreksia sekunder akibat penyakit
seliaka, intolerasi laktosa, atau fibrosis kistik
c.
Berhubungan
dengan kesulitan menghisap ( bayi ) dan disfagia sekunder akibat : paralisis
serebral atau sumbing bibir atau
palatum,
d.
Berhubungan
dengan ketidakadekuatan menelan , keletihan , dan dispnea sekunder akibat :
Penyakit jantung kongenital atau prematuritas.
Lansia
a.
Berhubungan
dengan efek penurunan laju metabolic , kadar estrogen , dan densitas mineral
tulang ( wanita )
b.
Berhubungan
dengan dgenerasi membrane periodonatal dengan kehilangan gigi
(Carpenito,
Lynda Juall, 2007).
Dalam Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan ada
faktor pendukung :
1. Kerusakan
Geligi.
2.
Gangguan Menelan.
Patofisiologis
a.
Berhubungan
dengan penurunan /tidak terdapatnya
reflex menelan, kesulitan mastikasi , atau penurunan sensasi sekunder akibat :
1) Gangguan
neurologis / neurovascular.
2) Gangguan
serebrovaskular.
3)
Kerusakan
hemisfer otak kanan atau kiri.
4)
Kerusakan
pada saraf – saraf cranial ke-5, ke-7, ke-9,ke-10 atau ke-11
a) Paralisis
serebral e) Distrofi
otot
b) Sklerosis
lateral amiotrofi f) Miastenia
grafis
c) Sindrom
Guillain-Barre g) Poliomeilitis
d) Parkinsonisme
b. Berhubungan dengan tumor atau edema trakeosofagus.
Berhubungan dengan Tindakan
a. Berhubungan dengan rekonstruksi bedah mulut dan / atau
tenggorokan.
b. Berhubungan dengan obstruksi mekanis sekunder akibat
selang trakeostomi.
c. Berhubungan dengan esofagitis sekunder akibat radioterapi.
d.
Berhubungan dengan
anastesia.
e. Berhubungan dengan viskositas dan penurunan kuantitas
saliva ( mis., sekunder akibat obat, radiasi ).
Situasional (
Personal, Lingkungan )
a. Berhubungan dengan perubahan tingkat kesadaran.
b.
Berhubungan dengan
keletihan.
c. Berhubungan dengan keterbatasan kesadaran, mudah
teralihkan.
d. Berhubungan dengan iritasi rongga orofaring.
e.
Berhubungan dengan penurunan
saliva.
Maturasional
Bayi
/Anak – anak
a. Berhubungan dengan penurunan sensasi atau kesulitan
mastikasi.
b. Rujuk ke ketidakefektifan pola menyusu.
3.
Ketidakefektifan Pola
Menyusu
Patofisiologis
a. Berhubungan dengan peningkatan kebutuhan kalori sekunder
akibat :
1) Ketidakstabilan
suhu tubuh.
2) Kebutuhan
pertumbuhan.
3)
Takipnea
dgn upaya penigkatan pernafasan.
4) Penyembuhan
luka.
5)
Kegagalan
atau penyakit system organ utama.
6) Infeksi.
b.
Berhubungan
dengan kelemahan /hipotonia otot sekunder akibat :
1) Malnutrisi
5)
Prematuritas
2) Penyakit
akut /kronis 6)
Letargi
3)
Kelainan
congenital 7)
Kegagalan atau penyakit system organ utama
4) Perlambatan
/ kerusakan neurologis
Berhubungan dengan Tindakan
a. Berhubungan dengan status hipermetabolik dan peningkatan
kebutuhan kalori sekunder akibat : pembedahan atau prosedur yang menimbulkan
rasa nyeri.
b. Berhubungan dengan kelemahan otot dan latergi sekunder
akibat : gangguan tidur , obat – obatan dan relaksan otot ( obat antikejang ,
agens pembuat paralisis pada masa lalu , sedatife, narkotik ).
c.
Berhubungan dengan
hipersensitivitas oral.
d. Berhubungan dengan perpanjangan status puasa terdahulu.
Situasional (
Personal , Lingkungan )
a. Berhubungan dengan ketidakkonsistenan pemberi asuhan (
pemberi makan ).
b. Berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang atau
komitmen dan pemberi asuhan.
( pemberi makan ) terhadap kebutuhan atau aturan khusus.
c. Berhubungan dengan adanya wajah cemas dan / atau tidak
adanya stimuli oral.
2.
Ketidakseimbangan
nutrisi lebih dari kebutuhan :
Patofisiologis
a.
Berhubungan
dengan perubahan pola kepusasan sekunder.
b.
Berhubungan
dengan penurunan indra pengecapan dan penciuman.
Berhubungan
dengan Tindakan
a.
Berhubungan
dengan perubahan pola kepuasan sekunder akibat :
Obat – obatan ( kortikosteroid ,antihistamin )
Radiasi
( penurunan indra pengecapan dan penciuman )
Situasional ( Personal , Lingkungan )
a. Berhubungan dengan risiko kenaikan berat
badan lebih dari 12,5 – 15 kg saat hamil.
b. Berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
nutrisi dasar.
c.
Berhubungan
dengan pola aktivitas monoton.
Maturasional
Orang dewasa / Lansia
a.
Berhubungan
dengan penurunan pola aktivitas dan penurunan kebutuhan metabolik
((Carpenito, Lynda Juall, 2000).
C. DATA MAYOR DAN DATA
MINOR
1.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan :
a. Mayor ( Harus Terdapat )
Individu yang tidak puasa melaporkan atau mengalami : asupan makanan tidak
adekuat kurang dari yang dianjurkan dengan atau tanpa penurunan berat badan atau Kebutuhan metabolik actual atau
potensial dengan asupan yang lebih
b. Minor
( Mingkin terdapat )
1)
Berat
badan 10% sampai 20% atau lebih di bawah berat badan ideal untuk tinggi dan
kerangka tubuh
2)
Lipatan
kulit trisep , lingkar lengan tengah dan lingkar otot lengan tengah kurang dari
60 % standar pengukuran
3) Kelemahan
otot dan nyeri tekan
4)
Peka
rangsang mental dan kekacauan mental
5) Penurunan
albumin serum
6)
Penurunan
transferin serum atau penurunan kapasitas ikatan – besi
(Carpenito,
Lynda Juall, 2007).
1) Kerusakan
Geligi
a. Plak
berlebihan
b. Gigi
lepas
c. Karies pada mahkota atau akar gigi
d.
Kalkulus berlebihan
e. Halitosis
f. Kehilangan
premature gigi primer
g. Perubahan
email gigi
h. Aus
dan abrasi gigi
i.
Sakit gigi
j.
Fraktur gigi
k. Erosi
email
l.
Kehilangan gigi atau
tidak ada
m. Maloklusi
atau ketidaksejajaran gigi
n. Ekspresi
wajah tidak simetris
o.
Erupsi
tidak lengkap sesuai usia ( mungkin gigi primer atau sekunder )
2) Gangguan
Menelan
a. Mayor
( Harus terdapat )
1)
Teramati
adanya kesukaran dalam menelan dan/atau.
2)
Statis
makanan dalam rongga mulut.
3) Tersedak.
4)
Batuk
setelah asupan makanan / minuman.
b. Minor
( Mungkin terdapat )
1) Bicara
tidak jelas.
2) Apraksia
( ideasional , konstruksional , visual ).
3) Suara
hidung.
4) Mengiler.
3) Ketidakefektifan
Pola Menyusu
a. Mayor
( Harus terdapat, satu atau lebih)
1)
Ketidakmampuan untuk
memulai atau mempertahankan mengisap yang efektif ; ketidakmampuan untuk
mengoordinasi mengisap, menelan, dan bernapas.
2) Kebutuhan metabolik actual dalam keadaan kelebihan asupan
oral dengan kehilangan berat badan dan/atau kebutuhan untuk suplemen makanan
enteral.
b.
Minor ( Mungkin terdapat )
1)
Inkontinensia asupan
oral ( volume, interval waktu , durasi ).
2)
Keterlambatan
perkembangan motorik oral.
3) Takipnea dengan peningkatan upaya pernapasan.
4) Regurgitasi atau muntah setelah makan.
2. Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan:
a. Mayor ( harus terdapat )
Kelebihan
berat badan ( berat badan 10% melebihi tinggi dan kerangka tubuh ideal atau
Obesitas
(berat badan 20% atau lebih atas tinggi
dan kerangka tubuh ideal ).
Lipatan kulit
trisep lebih besar dari 15mm pada pria dan 25mm pada wanita.
b. Minor ( mungkin terdapat )
1) Melaporkan adanya pola makan yang tidak diinginkan.
2) Asupan melebihi kebutuhan metabolic.
3) Pola aktivitas menoton.
(Carpenito,
Lynda Juall, 2007).
D. RUMUSAN MASALAH
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
2. Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh.
E. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Intervensi Diagnosa I :
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
Mandiri
a. Intervensi : Buat tujuan berat badan minimum dan
kebutuhan nutrisi harian.
Rasional
: Malnutrisi adalah kondisi gangguan minat yang
menyebabkan depresi, agitasi , dan mempengaruhi kondisi kognitif atau
pengambilan keputusan. Perbaikan status nutrisi meningkatkan kemampuan berpikir
dan kerja psikologis
b. Intervensi : Gunakan pendekatan konsisten. Duduk dengan
pasien saat makan ; sediakan dan buang
makanan tanpa persuasi dan/atau komentar.tingkatkan lingkungan yang nyaman dan
catat masukan
Rasional
: Pasien mendeteksi pentingnya dan dapat bereaksi terhadap tekanan. Komentar
apapun yang dapat terlihat sebagai paksaan memberikan focus pada makanan. Bila
staf berespons secara konsisten , pasien dapat mulai memepercayai respons staf.
c. Intervensi : Buat pilihan menu yang ada dan
diizinkan pasien untuk mengontrol pilihan
sebanyak mungkin.
Rasional :
Pasien yang meningkat kepercayaan dirinya dan merasa mengontrol lingkungan lebih suka menyediakan makanan
untuk makan.
d.
Intervensi
: Sadari pilihan – pilihan
makanan rendah kalori / minuman , menimbun makanan , membuang makanan dalam
berbagai tempat seperti saku atau kantung pembuangan.
Rasional : Pasien akan mencoba
menghindari mengambil makanan bila tampak mengandung banyak kalori dan mau
makan lama untuk menghindari makan.
e.
Intervensi : Pertahankan jadwal penimbangan
berat badan teratur , seperti Minggu, Rabu, Jumat sebelum makan pagi pada
pakaian yang sama , dan gamnbaran hasilnya.
Rasional
: Memberikan catatan lanjut penuruanan dan/atau peningkatan berat badan
yang akurat. Juga menurunkan obsesi tentang
peningkatan dan/atau penurunan.
Kolaborasi
f.
Intervensi :
Berikan terapi nutrisi dalam program pengobatan rumah sakit sesuai indikasi.
Rasional : Pengobatan masalah dasar
tidak terjadi tanpa perbaikan status nutrisi. Perawatan di rumah sakit
memberikan control lingkungan dimana masukan makanan, muntah/eliminasi ,obat ,
dan aktivitas dapat dipantau.
g.
Intervensi : Libatkan pasien dalam
penyusunan /melakukan program perubahan prilaku. Berikan penguatan untuk
peningkatan berat badan seperti dinyatakan oleh penentuan individu ; abaikan
penurunan
Rasional : Memberikan situasi
terstuktur untuk makan sementara memungkinkan pasien mengontrol beberapa
pilihan. Perubahan perilaku dapat efektif pada kasus ringan atau untuk peningkatan
berat badan jangka pendek.
2. Intervensi Diagnosa II :
Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan
a. Intervensi : Buat rencana makan dengan pasien.
Rasional : Sementara tak ada dasar untuk
menganjurkan diet yang satu dari yang lain, penurunan diet yang baik harus
berisi makanan dari semua dasar kelompok makanan dengan focus masukan rendah
lemak. Ini membantu mempertahankan rencana semirip mungkin dengan kebiasaan
pasien. Catatan :Penting
mempertahankan masukan protein adekuat untuk mencegah kehilangan massa otot.
b. Intervensi : Tekankan pentingnya menghindari diet
berlemak
Rasional
:Hilangkan kebutuhan komponen yang dapat
menimbulkan ketidakseimbangan metabolic, misalnya penurunan karbohidrat
berlebihan yang dapat menimbulkan kelemahan, sakit kepala, ketidakstabilan, dan
kelemahan, asidosis metabolic (ketosis) mempengaruhi keefektifan program penurunan
BB.
c. Intervensi :
Diskusikan tambahan tujuan nyata untuk penurunan berat badan mingguan.
Rasional :
Penurunan berat badan beralasan (1-2 lg/minggu) mengakibatkan efek lebih
sedikit berefek. Penurunan berlebihan/cepat dapat mengakibatkan kelemahan dan
mudah terangsang dan akhirnya mengakibatkan kegagalan dalam mencapai tujuan
untuk penurunan berat badan.
d.
Intervensi : Diskusikan
pembatasan masukan garam dan obat diuretic bila digunakan.
Rasional : Retensi air dapat menjadi masalah
karena meningkatkan masukan cairan juga mengakibatkan metabolisme lemak.
e. Intervensi : Konsul dengan ahli diet untuk
menentukan kalori/kebutuhan nutrisi untuk penurunan berat badan individu.
Rasional : Pemasukan individu dapat
dikalkulasi dengan berbagai perhitungan berbeda, tetapi penurunan berat badan
berdasarkan kebutuhan basal kalori selama 24 jam, tergantung pada jenis
kelamin, usia, berat badan saat ini/yang diinginkan dan lama waktu yang
diperkirakan mencapai berat badan yang diinginkan. .
F.
KRITERIA EVALUASI
Evaluasi terhadap masalah kebutuhan nutrisi secara umum dapat dinilai dari
adanya kemampuan dalam :
1.
Meningkatkan
nafsu makan ditunjukkan dengan adanya kemampuan dalam makan serta adanya
perubahan nafsu makan apabila terjadi kurang dari kebutuhan.
2.
Terpenuhinya
kebutuhan nutrisi ditunjukkan dengan tidak adanya tanda kekurangan atau
kelebihan berat badan.
3.
.Mempertahankan
nutrisi melalui oral atau parenteral ditunjukkan dengan adanya
proses pencernaan makan yang adekuat.
4. Menyatakan pemahaman kebutuhan nutrisi.
5.
Menunjukkan
penurunan berat badan dengan pemeliharaan kesehatan optimal.
DAFTAR
PUSTAKA
Carpenito-Moyet, Lynda Juall, 2000, Buku Saku Diagnosis
Keperawatan. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran. EGC
Doenges. 1999. Rencana
Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakara : EGC
NANDA
Internasional. 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. Jakarta.
Penerbit Buku Kedokteran. EGC
Potter dan Perry,
Fundamental Keperawatan Volume 2.
Nanda NIC-NOC.2013.Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa
Medis Edisi Revisi Jilid 1. Jakarta : ECG
Nanda
NIC-NOC.2013.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis Edisi
Revisi Jilid 2. Jakarta
: ECG
Tidak ada komentar:
Posting Komentar