A. PENGERTIAN
1. Kebutuhan
oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan
metabolisme sel tubuh mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ atau
sel.
2. Ketidakefektifan
Bersihan Jalan Nafas: Suatu keadaan ketika seorang individu mengalami suatu
ancaman yang nyata atau potensial pada status pernapasan sehubungan dengan
ketidakmampuan untuk batuk secara efektif.( Carpenito,Lynda Juall 2007,hal.381)
3. Ketidakefektifan
Pola Pernapasan: Keadaan ketika seorang individu mengalami kehilangan ventilasi
yang aktual atau potensial yang berhubungan dengan perubahan pola pernapasan.
(Carpenito, Lynda Juall 2007,hal.383)
4. Gangguan
Pertukaran Gas: Keadaan ketika seorang individu mengalami penurunan jalannya
gas (oksigen dan karbondioksida ) yang aktual (atau dapat mengalami potensial)
antara alveoli paru – paru dan sistem vaskular. (Carpenito, Lynda Juall 2007, hal.385)
5. Risiko
Gangguan Fungsi Pernapasan: Keadaan ketika seorang individu berisiko mengalami
suatu ancaman pada jalannya udara yang melalui saluran pernapasan dan pada
pertukaran gas (O2 dan CO2 ) antara paru - paru dan
sistem vaskular.( Carpenito, Lynda Juall 2007, hal.370)
6. Disfungsi
Respons Penyapihan Ventilator (DRPV): Suatu keadaan ketika seorang individu
tidak dapat menyesuaikan terhadap tingkat terendah dukungan ventilator mekanik
sehingga mengganggu dan memperpanjang proses penyapihan. (Carpenito, Lynda
Juall 2007,hal.373)
B.
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN
1.
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
a. Patofisiologis
1). Berhubungan dengan sekresi yang kental atau
sekresi yang berlebihan sekunder akibat: infeksi, fibrosis kistik, atau
influenza
2). Berhubungan dengan imobilitas, statis sekresi, dan batuk
tak efektif sekunder akibat:
a). Penyakit sistem persarafan (misalnya
sindrom guillain-Barre, sklerosismulitipel, miastenia gravis )
b). Depresi sistem
saraf pusat /trauma kepala
c). Cedera
serebrovaskular (stroke)
d). Quadriplegiar
b. Tindakan yang berhubungan
1). Situasional (Personal, Lingkungan)
a).
Berhubungan dengan mobilitas sekunder akibat : pembedahan atau trauma
nyeri, ketakutan, ancietas, keletihan, atau kerusakan persepsi/kognitif.
nyeri, ketakutan, ancietas, keletihan, atau kerusakan persepsi/kognitif.
b).
Berhubungan dengan kelembapan yang sangat tinggi atau kelembaban rendah,
pemajanan pada dingin, menangis, lergen, asap, tertawa.
c). Berhubungan dengan menghilangnya mekanisme
pembersihan siliar, respons inflamasi, dan peningkatan pembentukan lendir sekunder
akibat rokok, pernafasan mulut.
2. Ketidakefektifan
Pola Nafas
a. Patofisiologis
1).
Berhubungan dengan sekresi yang kental atau sekresi yang berlebihan sekunder
akibat: infeksi, fibrosis kistik, atau influenza
2).
Berhubungan dengan imobilitas, statis
sekresi, dan batuk tak efektif sekunder akibat:
a).
Penyakit sistem persarafan (misalnya sindrom guillain-Barre,
sklerosismulitipel, miastenia gravis )
b). Depresi sistem saraf pusat /trauma kepala
c). Cedera serebrovaskular (stroke)
d). Quadriplegiar
b. Tindakan yang berhubungan
1). Situasional (Personal, Lingkungan)
a). Berhubungan dengan mobilitas
sekunder akibat : pembedahan atau trauma
nyeri, ketakutan, ancietas, keletihan, atau kerusakan persepsi/kognitif.
nyeri, ketakutan, ancietas, keletihan, atau kerusakan persepsi/kognitif.
b).
Berhubungan dengan kelembapan yang sangat tinggi atau kelembaban rendah,
pemajanan pada dingin, menangis, lergen, asap, tertawa.
c). Berhubungan dengan menghilangnya mekanisme
pembersihan siliar, respons inflamasi, dan peningkatan pembentukan lendir sekunder
akibat rokok, pernafasan mulut.
3.
Gangguan pertukaran gas
a. Patofisiologis
1).
Berhubungan dengan sekresi yang kental
atau sekresi yang berlebihan sekunder akibat: infeksi, fibrosis kistik, atau
influenza
2). Berhubungan
dengan imobilitas, statis sekresi, dan batuk tak efektif sekunder
akibat:
a).Penyakit sistem
persarafan (misalnya sindrom guillain-Barre, sklerosismulitipel, miastenia
gravis )
b).
Depresi sistem saraf pusat /trauma kepala
c).
Cedera serebrovaskular (stroke)
d).
Quadriplegiar
b. Tindakan yang berhubungan
1).
Situasional (Personal, Lingkungan)
a). Berhubungan dengan
mobilitas sekunder akibat : pembedahan atau trauma
nyeri, ketakutan, ancietas, keletihan, atau kerusakan persepsi/kognitif.
nyeri, ketakutan, ancietas, keletihan, atau kerusakan persepsi/kognitif.
b). Berhubungan dengan
kelembapan yang sangat tinggi atau kelembaban rendah, pemajanan pada dingin,
menangis, lergen, asap, tertawa.
c). Berhubungan dengan
menghilangnya mekanisme pembersihan siliar, respons inflamasi, dan peningkatan
pembentukan lendir sekunder akibat rokok, pernafasan mulut.
4.
Disfungsi Respon
Penyapihan Ventilator
a.
Patofisiologis
1).
Berhubungan dengan kelemahan dan keletihan sekunder akibat:
a). Status hemodinamik tidak stabil
b). Penurunan tingkat kesadaran
c). Anemia
d). Infeksi
e). Abnormalitas metabolik atau
ketidakseimbangan asam – basa
f). Ketidakseimbangan cairan dan / atau
elektrolit
g). Proses penyakit berat
h). Penyakit pernapasan kronis
i). Ketidakmampuam neuromuskular kronis
j). Penyakit multisistem
k). Kurang nutrisi kronis
l). Kondisi yang melemah
2).
Berhubungan dengan ketidakefektifan bersihan jalan nafas
b. Tindakan yang berhubungan
1). Berhubungan dengan obstruksi jalan nafas
2). Berhubungan dengan kelemahan dan keletihan otot sekunder akibat:
a). Sedasi berlebihan
b). Nyeri takterkontrol
3).
Berhubungan dengan ketidakadekuatan nutrisi (definisi kalori, kelebihan
karbohidrat, ketidakadekuatan asupan lemak dan protein)
4). Berhubungan dengan ketergantungan ventilator
jangka panjang (> 1 minggu )
5). Berhubungan dengan ketidakberhasilan upaya
penyapihan ventilator sebelumnya
6). Berhubungan dengan langkah terlalu cepat
dalam proses penyapihan
c. Situasional
(Personal, Lingkungan )
1). Berhubungan dengan ketidakcukupan pengetahuan tentang proses
penyapihan
2). Berhubungan dengan
kebutuhan energy yang sangat berlebihan (aktivitas perawatan diri, prosedur
diagnostik dan pengobatan, pengunjung)
3). Berhubungan dengan
ketidakadekuatan dukungan sosial
4). Berhubungan dengan
lingkungan tidak aman (bising, kejadian yang membingungkan, ruangan sibuk)
5). Berhubungan dengan keletihan sekunder akibat gangguan pola
tidur
6). Berhubungan dengan kemanjuran diri tidak adekuat
7). Berhubungan dengan ansietas sedang sampai
berat yang berkaitan dengan upaya pernapasan
8). Berhubungan dengan ketakutan akan perpisahan dari ventilator
9). Berhubungan dengan perasaan ketidakberdayaan
10). Berhubungan dengan perasaan keputusasaan.
C. DATA
MAYOR DAN MINOR
1. Ketidakefektifan bersihan jalan
nafas
a.
Mayor
1)
Batuk tak efektif atau tidak ada batuk
2)
Ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekresi jalan nafas
b.
Minor
1)
Bunyi nafas abnormal
2)
Frekuensi, irama, kedalaman pernafasan abnormal
2. Pola nafas tidak efektif
a.
Mayor
1)
Perubahan dalam frekuensi atau pola pernafasan (dari nilai
dasar)
2)
Perubahan pada nadi (frekuensi, irama, kualitas)
b.
Minor
1)
Ortopnea
2)
Takipnea, hiperpnea, hiperventilasi
3)
Pernafasan disritmik
4)
Pernafasn sukar atau berhati-hati
3. Gangguan pertukaran gas
a.
Mayor
1)
Dispnea saat melakukan aktivitas
b.
Minor
1)
Konfusi/agitasi
2)
Kecenderungan untuk mengambil posisi 3-titik (duduk, 1
tangan pada setiap lutut, condong ke depan)
3)
Bernafas dengan bibir dimoyongkan dengan fase ekspirasi yang
lama
4)
Letargi dan keletihan
5)
Peningkatan tahana vaskular pulmonal (peningkatan tahanan
arteri ventrikel kanan/kiri)
6)
Penurunan motilitas lambung, pengosongan lambung lama
7)
Penurunan isi oksigen,penurunan saturasi oksigen,
peningkatan PCO2, yang diperlihatkan oleh hasil analisis gas darah
8)
Sianosis
4. Ketidakmampuan menyesuaikan dengan
penyapihan
a.
Ringan
1)
Mayor
a)
Gelisah
b)
Frekuensi pernafasan sedikit meningkat dari nilai dasar
2)
Minor
a)
Mengekspresikan perasaan tentang peningkatan kebutuhan
oksigen, pernafasan tak nyaman, keletihan, hangat
b)
Mempertanyakan tentang kemungkinan disfungsi mesin
c)
Peningkatan konsentrasi pada pernafasan
b.
Sedang
1)
Mayor
a)
Tekanan darah sedikit meningkat <20 mmHg dari nilai dasar
b) Frekuensi jantung sedikit meningkat
<20 denyut/ menit dari nilai dasar
c) Frekuensi pernapasan meningkat <5
pernapasan /menit dari nilai dasar
2) Minor
a) Sangat berhati – hati terhadap
aktivitas
b) Ketidakmampuan untuk menanggapi
latihan
c) Ketidakmampuan untuk bekerja sama
d) Ketakutan
e) Berkeringat
f) Mata melebar (penampilan mata terbelalak)
g) Penurunan masuknya udara yang
terdengar pada auskultasi
h) Perubahan warna kulit: pucat, agak
sianosis
i)
Sedikit menggunakan otot aksessori pernapasan
c. Berat
1) Mayor
a) Agitasi
b) Penyimpangan yang signifikan dalam
gas – gas darah arteri dari nilai dasar
c) Peningkatan tekanan darah > 20
mmHg dari nilai dasar
d) Peningkatan frekuensi jantung >
20 kali/ menit dari nilai dasar
e) Pernapasan cepat, dangkal > 25
kali per menit
2) Minor
a) Penggunaan sempurna otot aksesori
pernapasan
b) Pernapasan dangkal, tersengal –
sengal
c) Pernapasan abdomen paradoksikal
d) Bunyi
nafas tambahan
e) Sianosis
f) Banyak
berkeringat
g) Pernapasan
tidak terkoordinasi dengan ventilator
h) Penurunan
tingkat kesadaran
D. RUMUSAN
MASALAH
1. Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas
2. Ketidakefektifan pola nafas
3. Gangguan pertukaran gas
4. Ketidakmampuan menyesuaikan dengan
penyapihan
E. INTERVENSI
1. Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas
a. Awasi
perubahan status jalan nafas dengan memonitor jumlah, bunyi, atau status
kebersihannya.
b.Berikan
humidifier (pelembab).
c. Lakukan
tindakan pembersihan jalan nafas dengan fibrasi, clapping, atau postural
drainase (jika perlu lakukan suction).
d. Ajarkan
teknik batuk yang efektif dan cara menghindari alergen.
e. Pertahankan
jalan nafas agar tetap terbuka dengan memasang jalan nafas buatan, seperti
oropharingeal/ nasopharyngeal airway, intubasi endotrakea, atau tracheostomi
sesuai indikasi.
f. Kerja
sama dengan tim medis dalam memberikan obat bronchodilator.
2. Ketidakefektifan pola nafas
a. Awasi perubahan status pola pernafasan.
b. Atur posisi sesuai dengan kebutuhan
(semifowler)
c. Berikan oksigenasi.
d. Ajarkan teknik bernafas dan relaksasi yang
benar
3. Gangguan pertukaran gas
a. Awasi perubahan status pola
pernafasan.
b. Atur posisi sesuai dengan kebutuhan.
c. Berikan oksigenasi.
d. Lakukan suction bila memungkinkan.
e. Berikan nutrisi tinggi protein dan
rendah lemak.
f. Ajarkan teknik bernafas dan relaksasi yang benar.
g. Pertahankan berkembangnya paru
dengan memasang ventilasi mekanis, chest tube, dan chest drainase sesuai dengan
indikasi.
4. Ketidakmampuan menyesuaikan dengan
penyapihan
a. Intervensi generik
1) Jika memungkinkan, kaji faktor penyebab ketidakberhasilan upaya
penyapihan sebelumnya.
2) Tetapkan kesiapan penyapihan.
3) Jika kesiapan penyapihan ditetapkan ada,
libatkan klien dalam penetapan rencana.
4) Rujuk ke protocol unit untuk
penyapihan yang khusus.
5) Jelaskan perannya dalam proses
penyapihan.
6) Kurangi pengaruh negatif dari
ansietas dan keletihan.
7) Ciptakan lingkungan penyapihan yang
positif, yang meningkatkan perasaan aman individu.
8) Koordinasikan aktivitas yang perlu
untuk meningkatkan waktu istirahat atau relaksasi yang adekuat.
9) Koordinasikan jadwal analgesik
dengan jadwal penyapihan.
10) Mulai percobaan penyapihan saat
individu cukup istirahat, biasanya pada pagi hari setelah tidur malam.
11) Diskusikan elemen proses penyapihan
dengan petugas kesehatan lain untuk memaksimalkan kemungkinan keberhasilan
penyapihan.
b. Intervensi pediatrik
1) Tunda pemberian makan per oral 2 jam
sebelum upaya penyapihan dan setelah ekstubasi.
F. KRITERIA
EVALUASI
1. Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas
a. Mempertahankan
jalan nafas agar efektif
2. Ketidakefektifan pola nafas
a. Mempertahankan pola pernapasan agar
kembali efektif
3. Gangguan pertukaran gas
a. Mempertahankan pertukaran gas
4. Ketidakmampuan menyesuaikan dengan
penyapihan
a. Mencapai tujuan penyapihan secara
progresif
b. Tetap terekstubasi atau
c. Memperlihatkan sikap yang positif
terhadap percobaan penyapihan.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito-Moyet, Lynda Juall, 2000, Buku Saku
Diagnosis Keperawatan. Jakarta. Penerbit
Buku Kedokteran. EGC
Doenges. 1999. Rencana
Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakara : EGC
NANDA Internasional. 2012.
Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. Jakarta. Penerbit Buku
Kedokteran. EGC
Potter dan Perry,
Fundamental Keperawatan Volume 2.
Nanda
NIC-NOC.2013.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis
Edisi Revisi Jilid 1. Jakarta : ECG
Nanda NIC-NOC.2013.Aplikasi
Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis Edisi Revisi Jilid 2. Jakarta :
ECG
Tidak ada komentar:
Posting Komentar