A. Konsep Dasar Penyakit
- Pengertian
Ketoasidosis diabetikum adalah
dokumpensasi metabolik akibat defisiensi insulin absolut atau reaktif dan
merupakan komplikasi akut DM yang serius.
- Insiden
- Angka
kematian yang dilaporkan oleh
Dresch Feld tahun 1986 – tahun 1922 = 100%.
Angka tersebut menurun hingga
29% sampai tahun 1932.
Angka tersebut menurun hingga
5% sampai tahun 1960.
- Angka kematian yang dilaporkan oleh NIH
(National Institute Of Health) sebelum tahun 1983 adalah 10%.
- Dan kini dengan bertambah baiknya
pengertian tentang patogenesis KAD angka kematian menurun sampai dibawah 5%.
- Penyebab
- Defisiensi insulin
- Stresor hormon
- Patofisiologi
Defisiensi insulin baik
relatif maupun mutlak diakibatkan oleh
kegagalan sekresi insulin endogen dan kekurangan pemberin insulin eksogen atau
peningkatan berapa infeksi, trauma kehamilan stress emosional akibat defisiensi
insulin akan terjadi gangguan pada metabolisme (karbohidrat, protein, lemak)
dalam keadaan defisiensi terjadi penurunan penggunaan insulin oleh otot, hati,
jaringan diposa. Sementara dihati
sendiri terjadi produksi yang
berlebihan. Keadaan ini mengakibatkan tubuh mengalami keadaan hiperglikemia. Hiperglikemia bertambah berat
ginjal akan berusaha mensekresikan
glukosa bersama air dan elektrolit urin bercampur dengan glukosa (glukosauria).
Peristiwa ini disebut sebagai diuresis
osmotik yang ditandai oleh poliuria.
Diuresis osmotik mengakibatkan tubuh mengalami dehidrasi dan kehilangan
elektrolit. Akibat defisiensi yang lain adalah terjadi peningkatan pemecahan
lemak (lipolisis) terjadi asam lemak bebas dan gliserol. Asam lemak bebas akan
diubah menjadi badan keton oleh hati
produksi badan keton menjadi berlebihan sehingga terjadi katonemia. Selanjutnya
terjadi ketouria penumpukan badan keton menimbulkan keadaan asidosis
metabolik. Keadaan ketoasidosis ini dapat mengakibatkan penurunan status
mental (sadar, letargi, coma) dan pernafasan
kussmaul (pernafasan berbau
seperti buah) cepat dan dalam. Ketonemia juga mengakibatkan anoreksia, mual, muntah,
nyeri abdomen. Selain ntu defisiensi
insulin merangsang peningkatan pemecahan protein ( proteiolisis ) yang
mengkibatkan peningkatan pembentukan
asam amino dan peningkatan kehilangan nitrogen. Pemecahan protein untuk
menghasilkan asam amino sebagai prekusor glikosa disebut sebagai
glukoneogenesis. Selain itu terjadi pula glikogenolisis ( pemecahan glikogen
menjadi glukosa ). Hal ini juga merangsang terjadinya hiperglikemia.
Ketoasidosis juga disebabkan karena stresor hormon yang dapat menimbulkan
hiperglikemia
- Gejala
Klinis :
- Hiperglikemia
- Glukosuria
- Hiperosmolaritas
- Penipisan volume intra vaskuler
- Asidosis metabolik
- Penumpukan keton bodies
- Letargi, kelelahan, koma
- Hiperventilasi, nafas kussmaul
- Pemeriksaan
Fisik
- Kepala, rambut, hidung telinga dan leher :
dalam batas normal
- Mata : penglihatan pasien kabur
- Mulut : nafas berbau keton
- Thorax
Inspeksi :
terjadi peningkatan frekuensi nafas
Palpasi :
gerakan dinding thorax cepat dan dalam
Auskultasi : bunyi paru hilang dan timbul
- Abdomen
Inspeksi :
abdomen tampak tegang
Auskutasi :
bunyi usus tidak normal
Palpasi :
ada nyeri tekan
Perkusi :
ada distensi pada abdomen
- Pemeriksaan
diagnostik / penunjang
Glukosa darah > 300 mg/dl
Keton serum : positif secara mendadak
Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol
meningkat
Osmolalitas serum : meningkat tetapi biasanya <
330 mosm/L
AGD : PH < 7,3
HCO3
< 15 MEQ / L
PaCO2
10 – 30 mmHg
Kadar
natrium dan kalium : bisa rendah,
normal atau tinggi
Uriner : gula dan keton
positif.
Selain itu defisiensi insulin
merangsang peningkatan pemecahan protein (proteolisis) yang mengakibatkan
peningkatan kehilangan nitrogen.
Pemecahan protein untuk menghasilkan asam amino sebagai prekusor glukosa disebut sebagai glukoneogenisis.
Selain itu terjadi pula glikogenolisis (pemecahan glikogen menjadi glukosa. Hal
ini juga akan merangsang terjadinya hiperglikemia.
- Pengobatan
a. Pengobatan umum
Sasaran pengobatan KAD adalah
memperbaiki volume sirkulasi dan perfusi jaringan, menurunkan kadar glukosa
darah, memperbaiki asam keto diserum dan
urine keadaan normal dan mengoreksi
gangguan elektrolit.
1) Penderita
dirawat dirung rawat darurat catat data-data tentang kadar glukosa
darah, keton serum, elektrolit, BUN, kreatinin serum, kalsium, fosfat, gas darah, glukosa urine dan
keton urine catat cairn keluar dan masuk.
2) Pasang NGT dan chateter urine jika pasien mengalami penurunan kesadaran
b. Pengobatan cairan, elektrolit dan insulin
1) Cairan
NaCI 0,9%
diberikan + 1-2 pada jam pertama, lalu 1 L pada jam kedua, lalu 0,5L
pada jam ketiga dan keempat, dan 0,25 L pada jam kelima dan keenam, selanjutnya sesuai kebutuhan.
- Jumlah cairan yang diberikan dalam 15 jam
sekitar 5 L
- Jika Na+>155 mEq/L-ganti cairan dengan
NaCI 0,45%
- Jika GD<200 mg/dl-ganti cairan dengan
dextrose 5%
2) Insulin (regular insulin = RI) :
· Diberikan setelah 2 jam rehidrasi cairan
· RI bolus 180 mU/KgB IV, dilanjutkan;
· RI drip 90 mU/KgBB/jam dalam NaCI 0,9%
· Jika GD<200 mg/dL – kecepatan dikurangi –RI drip 45 mU/kgBB/jam dalam
&&&
NaCI0,9%
· Jika GD stabil 200-300 mg/dL selama 12 jam
–RI drip 1-2 U / jam IV, disertai
slinding scale setiap 6 jam
· Jika kadar GD ada yang < 100 mg/dL;
drip RI dihentikan
· Setelah sliding scale tiap 6 jam, dapat
diperhitungkan kebutuhan insulin sehari.
Dibagi 3
dosis sehari subkutan, sebelum makan (bila pasien sudah
makan).
3) Elektrolit
Kalium
· Kalium (KCI) drip dimulai bersamaan dengan
drip RI, dengan dosis 50 mEq/6 jam,
syarat ada gagal ginjal, tidak ditemukan
gelombangT yang lancip dantinggi pada EKG, dan jumlah urine cukup adekat.
· Bila kadar K + pada pemeriksaan elektrolit
kedua :
< 3,5........ drip KCI 75 mEq/6 jam
3,0 ... 4,5 .....drip KCI 50 mEq/6 jam
4,5 ....6,0 .....drip KCI 25 mEq/6 jam
> 6,0 ...... drip dihentikan
· Bila sudah sadar, diberikan K+ oral selama
seminggu.
Natrium bikarbonat
~ Drip 100 mEq bila pH < 7,0, disertai KCI
26 mEq drip
~ 50 mEq bila pH 7,0 – 7,1,
disetai KCI 13 mEq drip
~ Juga
diberikan pada asidosis laktat dan
hiperkalemi yang mengancam
B. Konsep Dasar Askep KAD
1. Pengkajian
a. Pengkajian
Pasien mengeluh : mual,
muntah, sakit perut, sesak nafas merasa mengantuk, sering kencing
b. Data obyektif
- Pasien muntah
- Bau mulut khas (keton)
- Nafsu makan menurun
- Dehidrasi
- Kadar kalium total tubuh menurun karena
poliuria
- Penurunan
berat badan
2. Diagnosa keperawatan
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan
dengan peningkatan badan keton ditandai
dengan respirasi cepat dan dalam.
b. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
berhubungan dengan diuresis osmotik ditandai dengan dehidrasi, poliuria, mual,
muntah, turgor kulit menurut.
c. Perubahan pemenuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan berhubungan dengan penurunan masukan oral ; anoreksia, mual, lambung
penuh, nyeri abdomen, perubahan kesadaran ditandai oleh penurunan
berat badan.
d. Nyeri akut berhubungan dengan asidosis
yang ditandai dengan pasien meringis,
mengeluh nyeri dibagian abdomen.
e. Perubahan perfusi jaringan serebral
berhubungan dengan perubahan metabolik ditandai oleh perubahan kesadaran.
f. Risiko tinggi terhadap perubahan persepsi
sensori berhubungan dengan ketidakseimbangan glukosa.
WOC
3. 3.Intervensi
No
|
Diagnosa Keperawatan
|
Tujuan
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
1.
|
Pola nafas tidak efektif berhubungan
dengan peningkatan badan keton ditandai dengan respirasi
|
1. Menunjukkan pol pernapasan
norml/efektif.
2. Respirasi dalam batas normal.
|
1. Kaji
pola napas seperti adanya pernapasan Kussmaul atau pernapasan yang
berbau keton.
|
1. Paru-paru mengeluarkan asam karbonat melalui pernapasan yang
menghasilkan kompensasi alkalosis
respiratoris terhadap keadaan
ketoasidosis. Pernapasan yang berbau aseton berhubungan pemecahan asam
aseto-asetat dan harus berkurang bila ketosis harus terkoreksi.
|
|
|
|
2. Frekuensi dan kualitas pernapasan,
penggunaan
|
2. Koreksi hiperglikemia dan asidosis akan
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
|
|
otot bantu napas, dan adanya
Periode
apnea dan munculnya sianosis
|
menyebabkan pola dan frekuensi ;
pernapasan mendekati norml. Tetapi
peningkatan kerja pernapasan; pernapasan dangkal, pernapasan cepat; dan munculnya sianosis
mungkin merupakan indikasi dari kelelahan
pernapasan dan/atau mungkin psien itu kehilangan kemampuannya untuk
melakukan kompensasi pada asidosis.
|
|
|
|
3. Beri posisi yang nyaman
menurut pasien (semi fowler)
|
3. Posisi yang nyaman (semi fowler ) membantu melancarkan C2 masuk
sehingga sesak berkurang.
|
|
|
|
4. Kolaborasi dalam pemberian O2
|
4. Dengan penambahan O2 meningkatkan penghilangan distres
respirasi
|
2.
|
Gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit berhubungan dengan diuresis
osmotik ditandai dengan
dehidrasi, poliuria, mual, muntah,
turgor kulit menurun.
|
1. Mendemon- trasikan hidrasi adekuat
dibuktikan oleh tanda vital stabil,
nadi perifer dapat dirasa, turgor kulit dan pengisian kapiler baik,
haluaran urine tepat secara individu dan kadar
|
1. Pantau tanda-tanda vital,
catatan adanya perubahan TD ortostatik
2. Suhu, warna kulit, atau
kelembaban-nya
|
1. Hipovolemia dapat dimanifestasi
kan oleh hipotensi dan takikardia.
2. Meskipun demma, menggigil dan diaforesis
merupakan hal umum terjdi pada proses infeksi, demam
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
|
elektrolit dalam batas normal.
|
|
dengan kulit yang
kemerahan, kering mungkin sebagai cerminan dari dehidrasi.
|
2.
|
Gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit berhubungan dengan diuresis
osmotik ditandai dengan dehidrasi, poliuria, mual, muntah, turgor kulit
menurun.
|
3. Mendemon- trasikan hidrasi adekuat
dibuktikan oleh tanda vital stabil,
nadi perifer dapat dirasa, turgor kulit dan pengisian kapiler baik,
haluaran urine tepat secara individu dan kadar elektrolit dalam batas normal.
|
1. Pantai tanda-tanda vital, catat
adanya perubahan TD ortostatik
2. Suhu, warna kulit, atau
kelembaban-nya
|
1. Hipovolemia dapat dimanifestasi
kan oleh hipotensi dan takikardia.
2. Meskipun demam, menggigil dan diaforesis merupakan hal umum terjadi
pada proses infeksi, demam dengan kulit yang kemerahan, kering mungkin
sebagai cerminan dari dehidrasi.
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
|
|
3. Kaji nadi perifer, pengisian
kapiler, turgor kulit, dan membran
mukosa
|
3. Merupakan indikator dari tingkat dehirasi, atau volume sirkulasi yang
adekuat.
|
|
|
|
4. Pantau masukan dan pengeluaran,
catat berat jenis urine.
|
4. Memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti, fungsi ginjal, dan keefektifan
dari terapi yang diberikan.
|
|
|
|
5. Ukur berat badan setiap hari
|
5.Memberikan hasil pengkajian yang terbaik dari status cairan yang sedang
berlangsung dan selanjutnya dalam memberikan cairan pengganti
|
|
|
|
6. Pertahankan untuk memberikan
cairan paling sedikit 2500 ml/hari dalam batas yang dapat ditoleransi,
jantung jika
|
6. Mempertahan kan hidrasi/volume
sirkulasi
|
|
|
|
pemasukan cairan
melalui oral sudah dapat diberikan.
|
|
|
|
|
7. Tingkatkan lingkungan yang
dapat menimbul-kan rasa nyaman. Selimuti
pasien dengan selimut tipis.
8. Kaji adanya perubahan mental/
sensori.
|
7. Menghindari pemanasan yang
berlebihan terhadap pasien lebih lanjut akan dapat menimbulkan kehilangan
cairan.
8. Perubahan mental dapat berhubungan dengan glukosa yang tinggi
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
|
|
|
atau yang rendah (hiperglikemi atau
hipoglikemia), elektrolit yang abnormal, asidosis, penurunan
perfusi serebral, dan
berkembangnya hipoksia. Penyebab yang tidak tertangani, gangguan kesadaran
dapat menjadi predisposisi (pencetus)
aspirasi pada pasien.
|
|
|
4.
|
9. Catat hal-hal yang dilaporkan
seperti mual, nyeri abdomen, muntah dan distensi lambung.
|
9. Kekurangan cairan dan
elektrolit mengubah motilitas lambung, yang seringkali akan
menimbulkan muntah dan
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
|
|
|
secara potensial akan menimbulkan kekurangan cairan atau elektrolit
|
3.
|
Perubahan pemenuhan nutrisi kurang
dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan masukan oral anoreksia,
mual muntah, lambung penuh, nyeri abdomen, perubahan kesadaran ditandai oleh
penurunan berat badan.
|
1. Mencerna jumlah kalori/ nutrien yang tepat.
2. Menunjukkan tingkat energi biasanya
3. Mendemontrasikan berat badan stabil atau
penambahan kearah rentang biasanya / yang diinginkan dengan nilai
laboratorium normal
|
1. Timbang berat badan setiap hari atau
sesuai dengan indikasi.
2. Tentukan program diet dan pola makan
pasien dan banding-kan dengan makanan yang dapat dihabiskan pasien.
3. Auskultasi bising usus, catat adanya
nyeri abdomen /
|
1. Mengkaji
pemasukan makanan yang adekuat (termasuk absorpsi dan utilisasinya)
2. Mengidentifi kasi kekurangan dan penyimpa-ngan dari kebutuhan terapeutik.
3. Hiperglikemia dan gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
|
|
perut kembung, mual, muntahan makanan yang belum
sempat dicerna, pertahankan keadaan puasa sesuai dengan indikasi.
|
dapat
menurunkan motilitas/ fungsi
lambung (distensi atau ileus paralitik) yang akan mempenga-ruhi pilihan
intervensi.
|
|
|
|
4. Berikan makanan cair yang mengandung zat
makanan (nutrien) dan elektrolit
dengan segera jika pasien sudah dapat mentoleransinya melalui pemberian
cairan melalui oral.
|
4. Pemberian makanan melalui oral lebih
baik jika pasien sadar dan fungsi
gastrointesti- nal baik.
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
|
|
5. Libatkan keluarga pasien pada pencernaan makan ini sesuai dengan
indikasi.
|
5. Meningkatkan rasa keterlibatan nya; memberikan
informasi pada keluarga untuk memahami kebutuhan nutrisi pasien.
|
|
|
|
6. Observasi tanda-tanda hipoglikemia
Seperti perubahan tingkat kesadaran, kulit lembab/ dingin, denyut nadi cepat
lapar, peka rangsang, cemas, sakit kepala, pusing, sempoyo- ngan.
|
6. Karena metabolisme karbohidrat mulit terjadi (gula darah akan berkurang,
dan sementara tetap diberikan insulin maka hipoglikemi dapat terjadi jika
pasien dalam keadaan koma,
hipoglikemia mungkin terjadi tanpa
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
|
|
|
memperlihat- kan perubahan tingkat kesadaran.
|
|
|
|
7. Lakukan konsultasi dengan ahli diet.
|
7. Sangat bermanfaat dalam perhitungan dan
penyesuaikan diet untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien; menjawab pertanyaan
dan dapat pula membantu pasien atau
orang terdekat dalam mengembangkan perencanaan makan.
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
4.
|
Nyeri berhubungan dengan asidosis yang
ditandai dengan pasien meringis, mengeluh nyeri dibagian abdomen.
|
1. Melaporkan nyeri berkurang atau
terkontrol
2. Menunjukkan atau menggunakan prilaku untuk mengurangi
kekambuhan
|
1. Kaji keluhan nyeri, catat intensitas-
nya, karakteristiknya, lokasi dan lamanya nyeri.
|
1. Nyeri merupakan pengalaman subyektif dan
harus dijelaskan oleh pasien dan untuk mengevaluasi keefektifan dari terapi yang diberikan
|
|
|
|
2. Gunakan teknik sentuhan yang terapeutik visualisasi
(teknik distraksi dan relaksasi.
|
2. Memberikan pasien sejumlah pengendali nyeri
dan/atau dapat mengubah mekanisme sensasi nyeri dan mengubah persepsi nyeri.
|
|
|
|
3. Kolaborasi dalam pemberian
analgetik.
|
3. Analgetik merupakan obat yang
dapat mengurangi/ menghilang kan rasa nyeri.
|
5.
|
Perubahan perfusi jaringan serebral
berhubungan dengan perubahan metabolik ditandai oleh perubahan kesadaran.
|
1. Mempertahan kan tingkat kesadaran biasanya/ membaik, fungsi kognitif dan motorik/
sensori
2. Mendemontrasikan tanda-tanda vital dalam keadaan normal.
|
1. Tentukan faktor-faktor yang berhubungan
dengan keadaan/ penyebab khusus selama penurunan perfusi serebral.
2. Pantau tanda-tanda vital
|
1. Mempenga-ruhi penetapan intervensi.
2. Variasi mungkin terjadi oleh
|
|
|
|
|
karena tekanan / trauma
serebral pada daerah vasomotor otak.
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
|
|
3. Letakkan kepala dengan posisi agak
ditinggikan dan dalam posisi anatomis
|
3. Menurunkan tekanan arteri dengan meningkatkan sirkulasi/ perfusi serebral.
|
|
|
|
4. Kolaborasi dalam pemberian O2
|
4. Menurunkan hipoksia yang dapat
menyebabkan vosodilatasi serebral dan
tekanan meningkat/ terbentuknya edema.
|
6.
|
Risiko tinggi terhadap perubahan
persepsi sensori berhubungan dengan
ketidakseim- bangan glukosa
|
1. Mempertahan kan tingkat mental biasanya.
2. Mengenali dan mengkompensasi adanya
kerusakan sensori
|
1. Pantau tanda-tanda vital dan status
mental.
|
1. Sebagai dasar untuk membanding kan
temuan abnormal, seperti suhu yang meningkat dapat mempengaru hi fungsi mental.
|
|
|
|
2. Panggil pasien dengan nama, orientasikan
kembali sesuai dengan kebutuhan nya. Berikan penjelasan yang singkat dengan
bicara perlahan dan jelas.
|
2. Menurunkan kebingungan dan membantu untuk mempertahankan kontak dengan
realitas.
|
|
|
|
3. Jadwalkan intervensi keperawatan agar
tidak mengganggu waktu istirahat pasien.
|
3. Meningkatkan tidur, menurunkan rasa
letih, dan dapat memperbaiki daya pikir.
|
|
|
|
4. Pelihara aktivitas rutin pasien
sekonsisten mungkin, dorong
|
4. Membantu memelihara pasien tetap
berhubungan dengan realitas dan
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
|
|
untuk melakukan
kegiatan sehari-hari sesuai
kemampuannya.
|
mempertahan
kan orientasi pada lingkungan nya.
|
|
|
|
5. Lindungi pasien dari cedera (gunakan
pengikat) ketika tingkat kesadaran
pasien terganggu. Berikan
bantalan lunak pada pagar tempat tidur dan berikan jalan napas buatan yang lunak jika pasien
kemungkin kan mengalami kejang.
|
5. Pasien mengalami disorientasi merupakan
awal kemungkinan timbulnya cedera, terutama malam hari dan perlu pencegahan
sesuai indikasi. Munculnya kejang perlu diantisipasi untuk mencegah trauma
fisik, aspirasi dsb.
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
|
|
6. Evaluasi
lapang pandang penglihatan
sesuai dengan indikasi.
|
6. Edema/lepas kan retina, hemoragis,
katarak, atau paralisis otot ekstraokuler sementara mengganggu penglihatan yang memerlukan terapi korektif
dan/atau perawatan penyokong.
|
|
|
|
7. Selidiki adanya keluhan parestesia,
nyeri, atau kehilangan sensori pada paha/ kaki. Lihat adanya ulkus, daerah
kemerahan, tempat-tempat tertekan,
|
7. Neuropati perifer dapatmengakibatkan
rasa tidak nyaman yang berat, kehilangan sensasi sentuhan/ distorsi yang mempunyai risiko tinggi terhadap
kerusakan kulti dan
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
|
|
kehilangan denyut nadi
perifer.
|
gangguan keseimbangan.
|
|
|
|
8. Berikan tempat tidur yang lembut. Pelihara kehangatan kaki/
tangan, hindari terpajan terhadap air panas atau dingin atau penggunaan
bantalan/ pemanas.
|
8. Meningkatkan rasa nyaman dan menurunkan kemungkinan
kerusakan kulit karena panas.
|
|
|
|
9. Bantu pasien dalam ambulasi atau
perubahan posisi
|
9. Meningkatkan keamanan pasien terutama ketika rasa keseimbangan dipengaruhi
|
|
|
|
10. Berikan pengobatan sesuai dengan obat
|
10. Gangguan dalam proses pikir/
potensial
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
|
|
yang ditentukan untuk
mengatasi
|
terhadap aktivitas kejang
biasanya hilang bila keadaan hiperosmola- ritas teratasi.
|
|
|
|
11. Pantau nilai laboratorium seperti
glukosa darah, osmolaritas darah, Hb/Hi, ureum kreatinin.
|
11. Ketidakseim bangan nilailabora torium
ini dapat menurunkan fungsi mental. Catatan : Jika cairan diganti dengan
cepat, kelebihan cairan dapat masuk ke sel otak dan menyebabkan ganggun pada
tingkat kesadaran (intoksikasi air).
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar