A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1.
Definisi Ileus
§ Obstruksi usus dapat didefinisikan sebagai gangguan (apapun
penyebabnya) aliran normal isi usus sepanjang saluran usus. (Patofisiologi edisi 6)
§ Obstruksi usus (ileus) terjadi ketika terdapat rintangan terhadap
aliran normal dari usus, bisa juga karena hambatan terhadap rangsangan saraf
untuk terjadinya peristaltik (ileus paralitik) atau karena adanya blockage
(ileus mekanik /organik). (Praktek
Keperawatan Medikal Bedah)
2.
Epidemiologi
Ileus paralitik hampir selalu dijumpai pada pasien pasca
operasi abdomen. Keadaan ini biasanya hanya berlangsung antara 24 – 27 jam.
3.
Klasifikasi
Terdapat 2 jenis obstruksi usus, yaitu :
1)
Non mekanis (ileus paralitik /
ileus dinamik)
Peristaltik usus dihambat akibat pengaruh toksin /
trauma yang mempengaruhi pengendalian otonom motilitas usus.
2)
Mekanis
Terjadi obstruksi di dalam lumen usus atau obstruksi
mural yang disebabkan oleh tekanan ekstrinsik.
4.
Penyebab
1)
Obstruksi non mekanis
- Manipulasi terhadap organ-organ
dalam abdomen selama pembedahan abdomen
- Iritasi peritoneum (peritonitis)
- Nyeri yang berasal dari Thorakolumbal
o
Fraktur tulang iga / tulang
spinal
o
Spinal infark myokard
o
Pneumonia
o
Pyelonefritis
o
Batu ureter / empedu
o
Perdarahan retroperitoneal
- Sepsis
- Hypokalemia yang menyebabkan menurunnya tekanan otot
usus
- Iskemia usus
2)
Obstruksi usus mekanik
a.
Perlengketan
b.Hernia
c.
Neoplasma
d.
Penyakit peradangan usus
e.
Benda asing, batu empedu
f.
Fecal impaction
g.Striktur : kongenital, radiasi
5.
Patofisiologi
Ileus non mekanis dapat disebabkan
oleh manipulasi organ abdomen, peritonitis, sepsis dll, sedang ileus mekanis
disebabkan oleh perlengketan neoplasma, benda asing, striktur dll. Adanya penyebab
tersebut dapat mengakibatkan passage usus terganggu sehingga terjadi akumulasi
gas dan cairan dlm lumen usus. Adanya akumulasi isi usus dapat menyebabkan
gangguan absorbsi H20 dan elektrolit pada lumen usus yang mengakibatkan
kehilangan H20 dan natrium, selanjutnya akan terjadi penurunan volume cairan ekstraseluler
sehingga terjadi syok hipovolemik, penurunan curah jantung, penurunan perfusi
jaringan, hipotensi dan asidosis metabolik.
Akumulasi cairan juga mengakibatkan
distensi dinding usus sehingga timbul nyeri, kram dan kolik. Distensi dinding
usus juga dapat menekan kandung kemih sehingga terjadi retensi urine. Distensi
juga dapat menekan diafragma sehingga ventilasi paru terganggu dan menyebabkan
sulit bernafas. Selain itu juga distensi dapat menyebabkan peningkatan tekanan
intralumen. Selanjutnya terjadi iskemik dinding usus, kemudian terjadi
nekrosis, ruptur dan perforasi sehingga terjadi pelepasan bakteri dan toksin
dari usus yang nekrotik ke dalam peritoneum dan sirkulasi sistem. Pelepasan
bakteri dan toksin ke peritoneum akan menyebabkan peritonitis septikemia.
Akumulasi gas dan cairan dalam lumen
usus juga dapat menyebabkan terjadinya obstruksi komplet sehingga gelombang peristaltik
dapat berbalik arah dan menyebabkan isi usus terdorong ke mulut, keadaan ini
akan menimbulkan muntah-muntah yang akan mengakibatkan dehidrasi. Muntah-muntah
yang berlebihan dapat menyebabkan kehilangan ion hidrogen & kalium dari
lambung serta penurunan klorida dan kalium dalam darah, hal ini merupakan tanda
dan gejala alkalosis metabolik.
Dari penjelasan diatas masalah yang
muncul yaitu : PK : asidosis metabolik, nyeri akut, retensi urinarius, pola
nafas tak efektif, perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, risiko kekurangan
volume cairan, PK : alkalosis metabolik.
WOC
6. Gejala klinis
Adapun gejala klinis dari obstruksi
usus yaitu :
-
Peregangan abdomen.
-
Nyeri (biasanya menyerupai
kejang dan di pertengahan abdomen, terutama daerah paraumbilikalis).
-
Muntah (bila obstruksi terjadi
pada usus halus bagian atas, maka muntah akan lebih sering terjadi dibandingkan
dengan obstruksi yang terjadi pada ileum atau usus besar).
7. Pemeriksaan diagnostik / penunjang
- Pemeriksaaan
radiografi abdomen (CT Scan abdomen) sangat penting dalam menegakkan diagnosis
obstruksi ileus.
- Bila foto polos tidak memberikan
kepastian diagnosis akhir, dilakukan pemeriksaan radiografi dengan barium untuk
mengetahui letak obstruksi.
- Therapy / tindakan
penanganan
Dasar pengobatan obstruksi usus adalah
:
a.
Koreksi keseimbangan cairan dan
elektrolit.
b.Menghilangkan peregangan dan muntah dengan melakukan intubasi dan
didekompresi.
c.
Memperbaiki peritonitis dan
syok (bila ada).
d.
Menghilangkan obstruksi untuk
memulihkan kontinuitas dan fungsi usus kembali normal.
e.
Pembedahan.
B. KONSEP DASAR ASUHAN
KEPERAWATAN
1.
Pengkajian
No
|
Data subyektif
|
Data obyektif
|
Kesimpulan
|
1
|
-
Nyeri perut
-
Perut kembung
|
-
Tampak meringis
-
Distensi abdomen (+)
-
Px. Tanda vital : nadi
meningkat
|
Nyeri (akut)
|
2
|
-
Perut kembung
-
Nyeri perut bgn bawah
|
-
Distensi kandung kemih
|
Retensi urinarius
|
3
|
- Mual
|
-
Muntah
|
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
|
4
|
- Sulit
bernafas
|
- Tampak sesak
-
Px. Tanda vital : respirasi meningkat, nadi meningkat
|
Pola nafas tak efektif
|
5
|
- Mual
|
- Muntah –
muntah
|
Risiko kekurangan volume cairan
|
6
|
- Mual
|
- Muntah
- Px. Tanda
vital : respirasi meningkat
- Hasil px. Lab : jml Na menurun,
penurunan pH dan penurunan bikarbonat.
|
PK : asidosis metabolik
|
7
|
- Kepala pusing
|
- Muntah – muntah
- Hasil Px. Lab : penurunan jml
klorida, kalium dan kalsium serum, peningkatan HCO3, peningkatan pH
|
PK : alkalosis metabolik
|
Dari data di atas rumusan masalah yang muncul, yaitu :
1.
Nyeri (akut)
2.
Retensi urinarius
3.
Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
4.
Pola nafas tak efektif
5.
Risiko kekurangan volume cairan
6.
PK : Asidosis metabolik
7.
PK : Alkalosis metabolik
2.
Diagnosa Keperawatan
1)
Nyeri akut berhubungan dengan
kram abdomen sekunder terhadap distensi dinding usus ditandai dengan pasien
mengeluh nyeri pada perut, perut kembung, tampak meringis, distensi abdomen,
px. tanda vital: nadi meningkat
2)
Retensi urinarius berhubungan
dengan obstruksi jalan keluar kandung kemih sekunder terhadap tekanan pada
kandung kemih ditandai dengan pasien mengeluh perut kembung, nyeri pada perut
bgn bawah, distensi kandung kemih.
3)
Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan muntah ditandai dengan pasien mengatakan
mual, pasien tampak muntah
4)
Pola nafas tak efektif
berhubungan dengan penurunan O2 sekunder terhadap tekanan pada diafragma ditandai
dengan pasien mengatakan sulit bernafas, tampak sesak, px. tanda vital :
respirasi meningkat, nadi meningkat.
5)
Risiko kekurangan volume cairan
berhubungan dengan kehilangan cairan yang berlebihan sekunder akibat muntah.
6) PK : Asidosis metabolik
7)
PK : Alkalosis metabolik
3.
Perencanaan Keperawatan
a.
Prioritas Diagnosa Keperawatan
1)
Nyeri akut berhubungan dengan
kram abdomen sekunder terhadap distensi dinding usus ditandai dengan pasien
mengeluh nyeri pada perut, perut kembung, tampak meringis, distensi abdomen,
px. tanda vital: nadi meningkat
2)
Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan muntah ditandai dengan pasien mengatakan
mual, pasien tampak muntah
3)
Pola nafas tak efektif
berhubungan dengan penurunan O2 sekunder terhadap tekanan pada diafragma ditandai
dengan pasien mengatakan sulit bernafas, tampak sesak, px. tanda vital :
respirasi meningkat, nadi meningkat.
4)
Retensi urinarius berhubungan
dengan obstruksi jalan keluar kandung kemih sekunder terhadap tekanan pada
kandung kemih ditandai dengan pasien mengeluh perut kembung, nyeri pada perut
bgn bawah, distensi kandung kemih.
5)
Risiko kekurangan volume cairan
berhubungan dengan kehilangan cairan yang berlebihan sekunder akibat muntah.
6) PK : Asidosis metabolik
7)
PK : Alkalosis metabolik
b.
Rencana Tindakan
1)
Dx 1
Kriteria tujuan
: nyeri berkurang atau hilang
Rencana
tindakan :
a.
Catat lokasi, lamanya,
intensitas (skala 0 – 10) dan karakteristik nyeri
Rasional : perubahan pada karakteristik nyeri dapat
menunjukkan penyebaran penyakit atau terjadinya komplikasi
b.
Beri tindakan nyaman
(relaksasi, ubah posisi)
Rasional : meningkatkan relaksasi, memfokuskan kembali
perhatian dan meningkatkan kemampuan koping.
c.
Observasi vital sign
Rasional : Respon autonomic meliputi
perubahan TD, nadi dan pernafasan yang berhubungan dengan keluhan nyeri.
Abnormalitas tanda vital terus menerus memerlukan evaluasi lanjut
d.
Kolaborasi dalam pemberian
analgesik
Rasional : pemberian analgesic
membantu mengurangi rasa nyeri
2)
Dx 2
Kriteria tujuan : mempertahankan nutrisi pasien adekuat
Rencana tindakan :
a.
Catat masukan dan haluaran,
timbang berat badan sesuai indikasi
Rasional :
mengidentifikasi status asupan makanan
b.
Batasi makanan yang menyebabkan
kram abdomen (missal produk susu)
Rasional : mencegah serangan
akut/eksaserbasi gejala
c.
Konsul dengan ahli gizi
Rasional : membantu mengkaji kebutuhan nutrisi pasien
d.
Kolaborasi dalam pemberian
antiemetik
Rasional : pemberian antiemetik
diharapkan mampu mencegah muntah
3)
Dx 3
Kriteria tujuan : Mempertahankan
ventilasi adekuat
Rencana
tindakan :
a.
Awasi frekuensi, kedalaman
pernapasan
Rasional : pernapasan dangkal
cepat/dispnea mungkin ada sehubungan dengan akumulasi cairan dalam abdomen
b.
Auskultasi bunyi napas
Rasional : menunjukkan terjadinya
komplikasi (adanya bunyi tambahan menunjukkan akumulasi cairan/sekresi)
c.
Pantau tanda vital
Rasional : abnormalitas tanda vital terus menerus memerlukan evaluasi
lanjut
d.
Ubah posisi dengan sering,
dorong latihan napas dalam
Rasional : membantu
ekspansi paru dan memobilisasi secret
e.
Berikan tambahan O2 sesuai
indikasi
Rasional : mungkin perlu untuk mencegah hipoksia
4)
Dx 4
Kriteria tujuan : berkemih dengan
jumlah normal tanpa retensi
Rencana tindakan :
a.
Catat keluaran urine, selidiki
penurunan aliran urine tiba-tiba
Rasional : penurunan aliran urine tiba-tiba menunjukkan adanya
obstruksi. Penurunan haluaran urine berhubungan dengan distensi abdomen.
b.
Awasi tanda vital. Kaji nadi
perifer, turgor kulit, pengisian kapiler dan mukosa mulut
Rasional :
merupakan indicator keseimbangan cairan
5)
Dx 5
Kriteria tujuan : mempertahankan
/menunjukkan keseimbangan cairan
Rencana tindakan :
a.
Awasi jumlah dan tipe masukan
cairan
Rasional : pasien tidak mengkonsumsi cairan sama sekali mengakibatkan
dehidrasi atau mengganti cairan untuk masukan kalori yang berdampak pada
keseimbangan elektrolit.
b.
Observasi tanda vital
Rasional : hipotensi, takikardia dan demam dapat menunjukkan respon thd
dan atau efek kehilangan cairan.
c.
Observasi kulit kering
berlebihan dan membrane mukosa, penurunan turgor kulit, pengisian kapiler
lambat
Rasional :
menunjukkan kehilangan cairan berlebihan/dehidrasi.
d.
Kolaborasi pemberian cairan
parenteral sesuai indikasi
Rasional : mempertahankan istirahat usus akan memerlukan penggantian
cairan untuk memperbaiki kehilangan.
e.
Kolaborasi pemberian antiemetik
Rasional :
digunakan untuk mengontrol mual dan muntah.
6)
Dx 6
Kriteria tujuan : komplikasi
asidosis dapat dikurangi/dicegah
Rencana tindakan :
a.
Pantau tanda dan gejala
asidosis metabolik (pernapasan cepat & lambat, sakit kepala, mual dan
muntah)
Rasional : dengan mengetahui tanda dan gejala lebih awal diharapkan komplikasi
asidosis metabolik dapat dicegah.
b.
Kolaborasi dalam pemberian
cairan IV sesuai program
Rasional : dehidrasi dapat disebabkan karena kehilangan cairan lambung
dan urine.
c.
Kaji tanda dan gejala
hipokalsemia, hipokalemia, dan alkalosis setelah asidosisnya terkoreksi
Rasional : koreksi asidosis yang
cepat mungkin dapat menyebabkan ekskresi kalsium dan kalium yang cepat serta
menimbulkan alkalosis.
7)
Dx 7
Kriteria tujuan : komplikasi alkalosis dapat
dikurangi/dicegah
Rencana tindakan :
a.
Pantau tanda & gejala dini
dari alkalosis metabolik (pusing, hipoventilasi, penurunan kalium, klorida dan
kalsium serum)
Rasional : dengan mengetahui gejala lebih awal diharapkan komplikasi
alkalosis dapat dicegah
b.
Kolaborasi dalam pemberian
cairan parenteral
Rasional :
untuk mengoreksi kekurangan cairan, natrium dan klorida.
c.
Pantau nilai GDA, pH urine,
nilai elektrolit serum dan BUN
Rasional : dapat membantu mengevaluasi respon pasien terhadap pengobatan
dan mendeteksi timbulnya asidosis metabolic sbg akibat dari koreksi yg terlalu
cepat.
4. Evaluasi Keperawatan
1)
Nyeri berkurang atau hilang
2)
Kebutuhan nutrisi pasien
terpenuhi
3)
Pasien mampu bernafas secara
normal
4)
Pasien mampu berkemih secara
normal
5)
Volume cairan pasien adekuat
6)
Komplikasi asidosis dapat
dicegah
7)
Komplikasi alkalosis dapat
dicegah
thnks sangat membantu (y)
BalasHapus