A.
Konsep Dasar Penyakit
- Definisi
Hemoroid
adalah pelebaran varises satu segmen/lebih pembuluh darah vena hemoroidalis
(bacon) pada poros usus dan anus yang disebabkan karena otot dan pembuluh darah
sekitar anus/dubur kurang elastis sehingga cairan terhambat dan membesar.
- Epidemiologi
Hemoroid
sering dijumpai dan terjadi pada sekitar 35% pendudukan berusia lebih dari 25
tahun. Keadaan ini tidak mengancam jiwa tapi dapat menimbulkan perasaan yang
sangat tidak nyaman.
- Penyebab/faktor predisposisi
a.
Kongesti vena pleksus hemoroid
b.
Keturunan/genetik
c.
Tekanan abdomen yang berlebih
(Konstipasi,
sering mengedan, kehamilan)
d.
Duduk yang terlalu lama
e.
Tumor rektal
f.
Obesites
g.
Hubungan seksualitas melalui anus
- Patofisiologi
Hemoroid
disebabkan akibat bendungan didalam vena pada plexus hemoroidalis yang
disebabkan oleh faktor penyebab dan pencetus seperti : kongesti vena pleksus
hemoroidalis, tekanan abdomen yang berlebihan (konstipasi, sering mengedan,
kehamilan) duduk terlalu lama, tumor rektur, obesitas, hubungan seksualitas
melalui anus, tidak adanya katup secara struktural didalam vena-vena
hemoroidalis. Sehingga drainage dari daerah anorektal terganggu akibat
peningkatan tekanan intra abdomen juga akan meningkatkan tekanan pada vena
hemoroidalis yang menimbulkan varices yang berisiko pecah dan menimbulkan
perdarahan pasien akan mengeluh keluar darah dari anus, kadang-kadang disertai
nyeri dan prolaps yang paling berat kadang-kadang mengeluh sangat nyeri karena
sudah terjadi trombus dan strangulasi.
WOC
- Klasifikasi
Berdasarkan
asal/tempat penyebabnya hemoroid dibedakan menjadi 2 :
a.
Hemoroid interna
Varices
pada vena pleksus hemoroid superior varices (hemoroid terjadi diluar otot
sfingter ani). Hemoroid interna diklasifikasikan lagi menjadi 4 :
1)
Tingkat I
Varices dari satu atau lebih vena hemoroidalis dengan gejala perdarahan.
2)
Tingkat II
Varices dari satu atau lebih vena hemoroidalis yang pada defekasi keluar
dari anus tetapi masih bisa masuk kembali dengan sendirinya.
3)
Tingkat III
Seperti tingkat II, tetapi sesudah defekasi varices tidak bisa kembali
spontan, harus didorong.
4)
Tingkat IV
Sudah terjadi trombus & stangulasi
b.
Hemoroid eksterna
Varices
pada vena pleksus hemoroid inferior (hemoroid terjadi didalam otot sfingter
ani)
- Gejala Klinis
a.
Hemoroid interna
Gejala klinis
: perdarahan tanpa nyeri, perdarahan berwarna merah segar saat defekasi,
terjadi prolaps.
b.
Hemoroid eksterna
Gejala
klinis : nyeri, gatal
- Pemeriksaan Fisik
Dalam
pemeriksaan fisik didapatkan odema pada anus, prolaps, tampak keluar darah
melalui anus. Apabila terjadi perdarahan hebat tampak tanda-tanda anemia seperti
pasien tampak pucat, konjungtiva pucat.
- Pemeriksaan Diagnostik
a.
Pemeriksaan laboratorium
- HB
menurun, BT/CT untuk indikasi pembedahan
b.
Pemeriksaan sigmoidoskopi dan pemeriksaan anaskopi proktoskopi.
c.
Rektal touce
- Diagnosis
Diagnosis
hemoroid ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan didaerah anus dan rectum atau
jika keadaannya lebih serius lagi misalnya terdapat tumor dapat dilakukan
pemeriksaan anaskopi/proktoskopi.
- Therapi/Tindakan Penanganan
a.
Medis
1)
Farmakologis
-
Untuk melunakkan feces/psilium yang dapat mengurangi
sembelit diberikan obat golongan laksansia.
-
Untuk mengurangi/menghilangkan rasa sakit pada daerah
anus digunakan analgetik atau golongan suposituria untuk hemoroid interna.
-
Untuk menghentikan perdarahan diberikan anti koagulan.
2)
Non Farmakologis
-
Perbaikan pola hidup dengan menyarankan perbanyak
konsumsi makanan yang mengandung serat yang dapat melunakkan feces.
-
Mengurangi makanan yang terlalu pedas atau asam dan
beralkohol.
-
Perbaiki pola buang air besar mengganti closet jongkok
menjadi duduk
-
Menjaga kebersihan lokal daerah anal misalnya dengan
merendam anus disarankan untuk tidak terlalu banyak duduk/tidur lelah banyak
berjalan.
3)
Tindakan
Jika
pengobatan farmakologi dan non farmokologi tidak berhasil, dilakukan tindakan
-
Skleroskopi hemoroid dengan menyuntikkan obat langsung
pada benjolan/prolaps hemoroidnya.
-
Irigasi pita karet, dilakukan dengan cara mengikat
hemoroid, prolaps akan menjadi layu dan putus tanpa rasa sakit.
-
Penyinaran sinar laser
-
Disinari sinar infra merah
-
Dialiri arus listrik
-
Hemoroideolysis
B.
Konsep Dasar Asuhan
Keperawatan Pasien Hemoroid
- Pengkajian
a.
Data Obyektif
Pada
hemoroid eksterna, umumnya pasien mengeluh
1)
Adanya rasa nyeri dan tidak nyaman pada daerah anus
2)
Adanya rasa gatal pada daerah anus
3)
Adanya pembengkakan pada pinggir anus (penonjolan yang
keluar dari anus)
4)
Adanya pengeluaran lendir yang berlebihan pada anus.
Pada
hemoroid interna, umumnya pasien mengeluh:
a)
Adanya darah segar menetes dari anus
b)
Adanya feces yang keluar bercampur dengan darah segar
Selain
itu, data subyektif lain yang mungkin muncul antara lain :
a)
Pasien mengungkapkan pola sexual yang dialami
b)
Pasien mengatakan bab yang keras ataupun mengatakan bab
encer terus menerus dalam waktu lama
c)
Pasien mengungkapkan pola dietnya (Makanan yang kurang
berserat) dan kurang minum air.
d)
Pasien mengungkapkan tentang aktifitas sehari-hari
(apakah pekerjaannya mengharuskan pasien untuk banyak duduk atau berdiri lama).
e)
Pasien mengungkapkan riwayat penyakit yang pernah dialami
seperti pembesaran prostat bagi laki-laki dan riwayat persalinan pada wanita.
f)
Pasien mengungkapkan ketidaktahuannya tentang penyakit
yang sedang dialaminya.
b.
Data obyektif
1)
Tampak adanya tonjolan/massa yang keluar pada daerah anus
(prolaps)
2)
Anus tampak kemerahan/iritasi dan tampak adanya pruritus
3)
Adanya darah segar yang keluar menetes dari anus
4)
Tampak adanya mukus/lendir bahkan pus yang keluar dari
anus.
5)
Adanya strangulasi pada daerah anus
6)
Pasien tampak pucat, conjunctiva pucat
7)
Pasien tampak meringis dan sulit saat berjalan maupun
duduk
8)
Pasien tampak gelisah dan cemas
- Diagnosa
keperawatan
a.
Nyeri akut berhubungan dengan intasi kulit/jaringan
didaerah anus ditandai dengan kemerahan pada daerah anus, pasien tampak
meringis.
b.
Konstipasi berhubungan dengan nyeri pada saat defekasi
c.
Risiko infeksi berhubungan dengan prolaps dan strangulasi
didaerah anus
d.
PK Anemi
e.
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya
oedema dan pruritus pada daerah anus ditandai dengan pasien mengeluh gatal dan
perih pada daerah anus.
f.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya massa
atau prolaps pada anus ditandai oleh pasien sulit untuk berjalan maupun duduk.
g.
Ansietas berhubungan dengan faktor psikologis rangsangan
simpatis oleh karena proses inflamasi ditandai dengan pasien tampak ketakutan.
- Rencana Tindakan
No
|
Diagnosa Keperawatan
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
Nyeri akut
berhubungan dengan intasi kulit/jaringan usus dan pasien tampak meringis
|
1.
Dorong
pasien untuk melaporkan nyeri
|
1.
Mencoba
untuk mentoleransi nyeri dari pada meminta analgesik
|
|
2.
Kaji
laporan nyeri catat lokasi, lamanya intensitas (skala 0-10) selidiki dan
laporkan perubahan karakteristik nyeri
|
2.
Perubahan
pada karakteristik nyeri dapat menunjukkan terjadinya komplikasi seperti
perforasi, toksik.
|
|
|
|
3.
Catat
petunjuk non verbal seperti gelisah menolak untuk berhati-hati, selidiki
perbedaan petunjuk verbal dan non verbal
|
3.
Bahasa
tubuh/petunjuk nonverbal dapat secara psikologis dan fisiologik dan dapat
digunakan pada hubungan petunjuk verbal untuk mengidentifikasi luas/beratnya
masalah.
|
|
|
4.
Berikan
tindakan nyaman seperti pijatan punggung, ubah posisi
|
4.
Meningkatkan
relaksasi, memfokuskan kembali perhatian dan meningkatkan kemampuan koping
|
|
|
5.
Bersihkan
arena rektal dengan sabun ringan dan air/lap setelah defekasi dan berikan
perawatan kulit seperi jeli, minyak
|
5.
Melindungi
kulit dari asam usus, mencegah ekskoriasi
|
1
|
2
|
3
|
4
|
|
|
6.
Berikan
rendam duduk dengan tepat
|
6.
Meningkatkan
kebersihan dan kenyamanan pada adanya iritasi didaerah onal
|
|
|
7.
Kolaborai
dengan tim gizi dalam memodifikasi diet sesuai dengan kebutuhan misalnya
makanan tinggi serat
|
7.
Makanan
tinggi serat membantu melembekkan feces sehingga feces mudah dikeluarkan.
|
|
|
8.
Kolaborasi
dalam pemberian obat seperti :
Analgesik
|
8.
Nyeri
bervariasi dari ringan sampai berat dan perlu penanganan untuk memudahkan
istirahat adekuat dan penyembuhan.
|
|
|
Anodin supositoria
|
Merilekskan otot rektal menurunkan nyeri spasme.
|
2
|
Konstipasi
berhubungan dengan nyeri pada saat defikasi
|
1.
Catat
adanya distensi abdomen dan auskultasi peristaltik usus
|
1.
Distensi
dan hilangnya peristaltik usus merupakan tanda bahwa fungsi defekasi hilang
yang kemungkinan berhubungan dengan kehilangan persarafan parasimpati usus
besar dengan tiba-tiba.
|
|
2.
Anjurkan
minum 2000-2500 ml/hari kecuali bila ada kontra indikasi
|
2.
Membantu
memperbaiki konsistensi feses bila konstipasi.
|
1
|
2
|
3
|
4
|
|
|
3.
Berikan
diet rendah sisa, tinggi serat, lunak sesuai toleransi
|
3.
Makanan
rendah sisa tinggi serat membantu memperbaiki konsistensi feses
|
|
|
4.
Kolaborasi
dalam pemberian pelunak feses. Anjurkan defekasi sesegera mungkin bila
dorongan terjadi
|
4.
Mempermudah
defekasi bila konstipasi terjadi
|
3
|
Risiko infeksi
berhubungan dengan prolaps dan strangulasi didaerah anus
|
1.
Pantau
tanda-tanda vital, perhatikan peningkatan suhu tubuh
|
1.
Adanya
peningkatan suhu tubuh adalah karakteristik infeksi.
|
|
2.
Kaji
tanda vital dengan sering, catat tidak membaiknya atau berlanjutnya
hipotensi, penurunan tekanan nadi, takikardia, demam takipnea
|
2.
Tanda
adanya syok septik, endotoksin sirkulasi menyebabkan vasodilatasi, kehilangan
cairan dari sirkulasi dan rendahnya status curah jantung.
|
|
|
|
3.
Lakukan
pencucian tangan yang baik dan perawatan prolaps aseptik. Berikan perawatan
paripurna.
|
3.
Menurunkan
risiko infeksi (penyebaran bakteri)
|
|
|
4.
Berikan
informasi yang tepat, jujur pada pasien/orang terdekat
|
4.
Pengetahuan
tentang kemajuan situasi memberikan dukungan emosi, membantu menurunkan
ansietas.
|
|
|
5.
Kolaborasi
dalam memberikan antibiotik sesuai indikasi
|
5.
Mungkin
diberikan secara profilaksi atau menurunkan jumlah organisme (pada
|
1
|
2
|
3
|
4
|
|
|
|
infeksi yang telah ada sebelumnya) untuk menurunkan penyebaran dan
pertumbuhan bakteri
|
4
|
PK Anemi
|
1.
Pantau
tanda-tanda vital
|
1.
Hipotensi,
takikardi, peningkatan pernafasan, mengindikasikan kekurangan cairan
unipovolemia), turgor dan kelembaban kulit
|
|
2.
Observasi
dan catat frekuensi serta volume pendarahan
|
2.
Perdarahan
yang berlebihan dapat mengacu kepada hipovolemia/hemoragi
|
|
|
|
3.
Pantau
suhu kulit, palpasi denyut perifer dan warna konjunctiva
|
3.
Kulit
yang dingin/lembab, denyut yang lemah mengindikasikan penurunan sirkulasi
perifer dan dibutuhkan untuk penggantian cairan tambahan
|
|
|
4.
Pantau
perkembangan hasil laboratorium misalnya Hb, Ht dan warna konjunctiva
|
4.
Indikator
hidrasi/volume sirkulasi
|
|
|
5.
Kolaborasi
dalam pemberian cairan parenteral, produksi darah dan/atau plasma ekspander
sesuai petunjuk tingkatkan kecepatan IV jika diperlukan
|
5.
Gantikan
kehilangan cairan yang telah didokumentasikan catat waktu penggantian volume
sirkulasi yang potensial bagi penurunan komplikasi misalnya ketidakseimbangan
elektrolit, dehidrasi, pingsan kardiovaskuler
|
1
|
2
|
3
|
4
|
|
|
|
gerak bahu dan untuk mencegah ankilosis pada
bahu yang sakit.
|
5
|
Kerusakan
integritas kulit berhubungan dengan adanya oedema dan pruritus pada daerah
arus
|
1. Observasi kemerahan, pucat, ekskoriasi
dan pruritus
|
1. Area ini meningkat risikonya untuk
kerusakan dan memerlukan pengobatan lebih intensif.
|
|
|
2. Gunakan krim kulit/ minyak sesuai yang
direkomendasikan oleh dokter
|
2. Untuk meliarkan kulit dan menurunkan
gatal
|
|
|
3. Diskusikan pentingnya perubahan posisi
yang sering, perlu untuk mempertahankan aktifitas
|
3. Meningkatkan sirkulasi dan perfusi kulit
dengan mencegah tekanan lama pada jaringan hemoroid
|
6
|
Intoleran
aktivitas berhubungan dengan adanya massa atau prolaps pada anus ditandai
oleh pasien sulit untuk berjalan maupun duduk.
|
1. Berikan tindakan pengamanan sesuai
indikasi dengan situasi yang spesifik
|
1. Aktifitas, jenis prosedur yang kurang
berhati-hati akan meningkatkan kerusakan daerah haemoroid
|
|
|
2. Catat
respon-respon emosi/perilaku pada imobilisasi. Berikan aktivitas yang
sesuai dengan pasien
|
2. Imobilisasi yang dipaksakan dapat
memperbesar kegelisahan. Aktivitas pengalihan membantu dalam memfokuskan
kembali perhatian pasien dan meningkatkan koping dengan keterbatasan
tersebut.
|
1
|
2
|
3
|
4
|
|
|
3. Berikan perawatan hemoroid dengan baik
|
3. Menurunkan resiko iritasi pada hemoroid
|
|
|
4. Kolaborasi dalam pemberian obat
analgetik + 30 menit sebelum melakukan aktifitas
|
4. Antisipasi terhadap nyeri dapat
meningkatkan ketegangan otot. Obat dapat merelaksasikan pasien, meningkatkan
rasa nyaman selama pasien melakukan aktivitas.
|
7
|
Ansietas
berhubungan dengan faktor psikologis/rangsangan simpatis oleh karena proses
inflamasi ditandai dengan pasien tampak ketakutan
|
1. Catat petunjuk prilaku misalnya peka
rangsang, gelisah
|
1. Indikator derajat ansietas misalnya
pasien dapat merasa tidak terkontrol (gelisah)
|
|
2. Dorong menyatakan perasaan berikan umpan
balik
|
2. Membuat hubungan terapeutik membantu
pasien dalam mengidentifikasi masalah yang menyebabkan stress
|
|
|
|
3. Berikan informasi yang akurat dan nyata
tentang apa yang dilakukan
|
3. Keterlibatan pasien dalam perencanaan
perawatan memberikan rasa kontrol dan membantu menurunkan ansietas.
|
|
|
4. Berikan lingkungan tenang dan istirahat
|
4. Memindahkan pasien dari stres luar
meningkatkan relaksasi, membantu menurunkan ansietas.
|
1
|
2
|
3
|
4
|
|
|
5. Kolaboratif dengan dokter dalam
memberikan obat-obat sesuai indikai (obat-obat pemenang)
|
5. Dapat digunakan untuk menurunkan
ansietas dan memudahkan istirahat.
|
- Evaluasi
a.
Dx 1
Karakteria
hasil yang diharapkan :
1)
Pasien melaporkan nyeri hilang/terkontrol
2)
Pasien mampu mengungkapkan metode yang memberi
penghilangan
3)
Pasien mampu mendemonstrasikan penggunakan intervensi
terapeutik (misalnya keterampilan relaksasi dan menjaga kebersihan rektal untuk
mencegah ekskoriasi)
4)
Pasien tampak rileks
b.
Dx 2
Kriteria
hasil yang diharapkan :
1)
Menunjukkan perubahan perilaku/pola hidup yang diperlukan
sebagai penyebab, faktor pemberat.
2)
Membuat/kembali pola normal dari fungsi usus
c.
Dx 3
Kriteria
hasil yang diharapkan :
1)
Meningkatkan penyembuhan iritasi pada daerah anus, bebas
tanda infeksi dan mengurangi/menghilangkan inflamasi
2)
Pasien tidak mengalami peningkatan suhu tubuh
3)
Tanda-tanda syok septik tidak terjadi
d.
Dx 4
Kriteria
hasil yang diharapkan :
1)
Mempertahankan hidrasi adekuat dengan bukti membran
mukosa lembab, tugor kulit baik dan pengisian kapiler baik, tanda vital stabil.
2)
Perdarahan minimal sampai hilang/tidak ada.
e.
Dx 5
Kriteria
hasil yang diharapkan :
1)
Pasien mengungkapkan rasa gatal pada anus berkurang atau
hilang
2)
Pruritas dan kemerahan pada area anus tidak ada
f.
Dx 6
Kriteria
hasil yang diharapkan :
1)
Menunjukkan kebebasan dalam berjalan maupun duduk
g.
Dx 7
Kriteria
hasil yang diharapkan :
1)
Pasien menunjukkan rileks dan melaporkan penurunan
ansietas sampai tingkat dapat ditangani
2)
Pasien menyatakan kesadaran perasaan ansietas dan cara
sehat menerimanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar