A. KONSEP
DASAR PENYAKIT
1. DEFINISI
/ PENGERTIAN
Arteriosklerosis atau pengerasan arteri adalah suatu proses
dimana serabut otot dan lapisan endotel arteri kecil dan arteriola mengalami
penebalan.
Aterosklerosis
merupakan proses yang berbeda yang menyerang tunika intima arteri besar dan
medium. Proses tersebut meliputi penimbunan lemak, kalsium, komponen darah,
karbohidrat dan jaringan fibrosa pada tunika intima arteri. Penimbunan tersebut
dikenal sebagai “ateroma” atau “plak”.
2. ETIOLOGI
/ FAKTOR RISIKO
a. Faktor
risiko yang tidak dapat dimodifikasi : usia diatas 40 tahun dan jenis kelamin
laki-laki.
b. Faktor
risiko yang dapat dimodifikasi : diet tinggi lemak / kolesterol, tekanan darah
tinggi, diabetes melitus dan merokok.
1) Diet
tinggi lemak : lemak, yang tak larut dalam air, terikat dengan lipoprotein yang
larut dalam air, yang memungkinkan dapat diangkut dalam system peredaran darah.
Tiga elemen metabolisme lemak antara
lain : kolesterol total, LDL, HDL. LDL menyebabkan efek berbahaya pada dinding
arteri dan mempercepat proses aterosklerosis.
2) Hipertensi
dapat mempercepat pembentukan lesi aterosklerotik pada pembuluh darah
bertekanan tinggi, dapat menyebabkan stroke.
3) Diabetes
Melitus juga mempercepat proses aterosklerotik dengan menebalkan membran basal
pembuluh darah basar maupun kecil.
4) Merokok
adalah salah satu faktor risiko yang paling kuat. Nikotin akan menurunkan
aliran darah ke ekstremitas dan meningkatkan frekuensi jantung dan tekanan
darah dengan menstimulasi system saraf simpatis. Selain itu nikotin juga
meningkatkan kemungkinan pembentukan bekuan darah dengan cara meningkatkan
agregasi trombosit. Karena karbon monoksida mengikat hemoglobin lebih cepat dibandingkan
oksigen maka hal tersebut dapat menurunkan jumlah oksigen jaringan. Jumlah
rokok yang dihisap berbanding langsung dengan parahnya penyakit. Menghentikan
rokok dapat menurunkan risiko.
5) Faktor
lain seperti obesitas, stres, dan kurang gerak diidentifikasi ikut berperan
dalam psoses penyakit ini. Semakin banyak factor risiko yang dimiliki, semakin
tinggi pula kemungkinan terjadinya penyakit ini.
3. PATOFISIOLOGI
Akibat langsung aterosklerosis pada
arteri meliputi penyempitan (stenosis) lumen,obstruksi oleh trombosis, aneurisma
(dilatasi abnormal pembuluh darah), ulkus dan ruptur. Akibat tidak langsungnya
adalah malnutrisi dan fibrosis organ yang disuplai oleh arteri yang sklerotik
tersebut. Semua sel yang berfungsi aktif memerlukan suplai darah yang kaya akan
nutrisi dan oksigen dan peka terhadap setiap penurunan suplai nutrisi tersebut.
Bila penurunan tersebut berat dan permanen, sel-sel tersebut akan mengalami
nekrosis (kematian sel akibat kekurangan aliran darah) dan diganti oleh
jaringan fibrosa yang tidak memerlukan banyak nutrisi.
Aterosklerosis terutama mengenai arteri
utama sepanjang percabangan arteri biasanya berbentuk bercak-bercak. Cabang
arteri yang terkena biasanya pada bagian bifurkasio. Banyak teori berusaha
menjelaskan mengapa dan bagaimana ateroma terbentuk. Lesi utama yaitu ateroma
merupakan plak lemak dengan penutup jaringan fibrosa perlahan-lahan menutup
lumen pembuluh darah. Tidak satupun teori yang secara lengkap menjelaskan
patogenesisnya, namun beberapa bagian dari berbagai teori tersebut dapat dikombinasikan
menjadi teori “Reaksi terhadap Cedera.”
Menurut teori ini cedera sel endotelial
pembuluh darah diakibatkan oleh gaya
hemodinamika berkepanjangan seperti gaya-gaya robekan dan aliran turbulensi,
radiasi, bahan kimia, atau hiperlipidemia kronis terjadi pada system arteri.
Cedera pada endotelium meningkatkan agregasi trombosit dan monosit pada tempat
cedera. Sel otot polos akan bermigrasi dan berploriferasi sehingga terbentuklah
matriks kolagen dan serabut elastis. Mungkin tidak ada penyebab atau mekanisme
tunggal dalam pembentukan aterosklerosis melainkan melibatkan berbagai proses.
Secara morfologis lesi aterosklerosis
terdiri atas dua jenis : bercak lemak dan plak fibrosa. Bercak lemak berwarna
kuning dan halus, sedikit menonjol kedalam lumen arteri dan tersusun atas lemak
dan sel-sel otot polos yang memanjang. Lesi seperti ini dapat dijumpai pada
semua kelompok umur termasuk anak-anak. Belum jelas apakah bercak lemak
tersebut merupakan predisposisi pembentukan plak fibrosa atau dapat menghilang
lagi. Biasanya tidak menimbulkan gejala klinis.
Plak fibrosa merupakan ciri khas
aterosklerosis, tersusun oleh sel otot polos, serabut kolagen, komponen plasma
dan lemak. Berwarna putih sampai kuning keputihan dan menonjol dalam berbagai
derajat ke lumen, sampai suatu saat tonjolan tersebut menyumbat. Plak ini
terutama ditemukan di aorta abdominal, arteri koroner, poplitea dan karotis
interna. Plak ini dianggap tidak reversible.
Penyempitan bertahap lumen arteri saat
proses penyakit berkembang, menstimulasi perkembangan sirkulasi kolateral.
“jalan pintas” pembuluh darah tersebut memungkinkan perfusi berlanjut ke
jaringan di bagian atas sumbatan arteri, tetapi biasanya tidak mencukupi untuk
memenuhi kebutuhan metabolismenya dan terjadilah iskemia. Pembuluh kolateral
bisa memenuhi kebutuhan jaringan atau bisa juga tidak.
Skema patofisiologi penyakit dikaitkan
dengan munculnya masalah keperawatan dapat dilihat pada lampiran.
4. MANIFESTASI
KLINIS
Tanda dan gejala klinis akibat aterosklerosis
tergantung pada organ atau jaringan yang terkena. Aterosklerosis koroner
(penyakit jantung), angina dan infark miokardium dibahas tersendiri oleh
kelompok lain. Bila mengenai otak dapat menyebabkan penyakit serebrovaskuler
seperti iskemia serebral transien atau TIA dan stroke. Pada aorta dan lesi
aterosklerotik pada ekstremitas juga dapat terjadi.
Bila terjadi oklusi atau sumbatan pada
arteri perifer maka akan timbul gejala seperti nyeri saat aktifitas dan hilang
saat istirahat (klaudisio intermiten), nyeri yang terus menerus (saat
istirahat) dapat terjadi jika oklusi semakin berat dan terjadi iskemia kronis.
Perubahan warna kulit seperti menjadi pucat atau sianosis dan pada palpasi
terasa dingin.
Akibat suplai nutrisi yang kurang akan
terjadi tanda-tanda hilangnya rambut, kuku rapuh, kulit kering dan bersisik,
atropi dan ulserasi. Bias juga terjadi edema bilateral atau unilateral akibat
posisi ekstremitas yang terlalu lama menggantung.
5. PENATALAKSANAAN
MEDIS
Penatalaksanaan aterosklerosis secara
tradisional tergantung pada modifikasi faktor risiko, obat-obatan dan prosedur
bedah tandur (penggabungan dua pembuluh darah yang masih memiliki aliran bagus).
Pemberian obat-obatan untuk menurunkan kadar lemak darah
disertai modifikasi diet dan latihan. Jenis obat yang digunakan antara lain :
sekuestran asam empedu (kolestiramin atau kolestipol), asam nitrotinat, statin
lovastatin, mavastin dan simpastatin), asam fibrat (gemfibrosil) dan terapi
penggantian estrogen.
Prosedur bedah
tandur dilakukan berdasarkan pada angiogram yang dapat memperlihatkan tingkat
obstruksinya. Prosedur bedah vaskuler dibagi menjadi 2 kelompok yaitu inflow
yang menyuplai darah dari aorta ke arteri femoralis, dan prosedur outflow yang
menyuplai darah ke pembuluh di bawah arteri femoralis.
Bila obstruksi
terletak setinggi aorta atau arteri iliaka, diperlukan inflow darah yang baru.
Prosedur bedah pilihan adalah tandur aorta bi iliaka. Bila mungkin anastomosis
bagian distalnya disambungkan pada arteri iliaka, sehingga seluruh prosedur
pembedahan dapat dikerjakan seluruhnya dalam abdomen. Namun bila arteri iliaka
mengalami penyumbatan atau aneurisma, anastomosis distalnya harus disambungkan
ke arteri femoralis (aorta bifemoral). Bila dilakukan inflow pada pasien namun
kondisi pasien tersebut tidak memungkinkan untuk pembedahan abdomen, yang dapat
menyebabkan berbagai variasi tekanan darah dan memerlukan waktu pembedahan yang
lama, maka dapat dilakukan prosedur inflow dari arteri aksilaris ke arteri
femoralis.
Kedua arteri
aksilaris dapat dipakai untuk inflow. Hal ini penting karena kebanyakan pasien
tersebut juga mengalami penyumbatan pembuluh darah seperti gagal ginjal kronis
yang memerlukan cuci darah. Misalnya, bila digunakan arteri aksilaris kanan,
maka dapat disambungkan ke tandur yang disambungkan ke arteri femoralis kiri
(bila arteri femoralis ini adekuat) untuk menyuplai kedua tungkai. Jadi pasien
menerima tandur aksiler-femoral dari kanan ke kiri. Apabila kedua sisi
memerlukan darah, maka tandur aksiler-bifemoral lebih diutamakan.
Apabila penyumbatan
aterosklerosis terletak di bawah ligamen inguinalis di arteri femoralis
superfisialis, pembedahan pilihannya adalah tandur femoral popliteal. Bila
anastomosis distal dilakukan di atas lutut mungkin perlu dipakai bahan prostetis
untuk tandur. Namun bila anastomosis distalnya di bawah lutut, yang diperlukan
adalah tandur vena safena agar tetap paten.
Pembuluh darah yang
tersumbat di daerah tungkai bawah dan pergelangan kaki juga memerlukan tandur.
Terkadang seluruh arteri poplitea tersumbat dan hanya terdapat sirkulasi kolateral.
Oleh sebab itu tandur dibuat dari femoral ke arteri tibialis atau arteri
peroneal. Tandur memerlukan vena asli agar tetap paten. Vena asli adalah vena
autolog, biasanya vena safena magna atau parva atau kombinasi keduanya untuk
memperoleh panjang yang diperlukan. Kepatenan tandur ditentukan oleh berbagai
hal mencakup ukuran tandur, lokasi tandur, dan terjadinya hiperplasi lapisan
intima pada tempat anastomosis.
Berbagai teknik
sinar X terbukti sebagai terapi yang dianjurkan pada prosedur pembedahan.
Angioplasti laser adalah teknik dimana gelombang cahaya yang kuat disalurkan
malalui kateter serat optic. Gelombang laser akan memanaskan ujung kateter
perkutan dan menguapkan plak aterosklerosis. Alat artektomi rotasional dapat
mengangkat lesi dengan mengabrasi plak yang telah menyumbat arteri secara
total. Kelebihan laser, angioplasty dan artektomi adalah waktu untuk dirawat di
rumah sakit menjadi singkat
B. KONSEP
DASAR ASKEP
1. PENGKAJIAN
KEPERAWATAN
Data
yang harus dikaji pada pasien yang mengalami aterosklerosis atau arteriosklerosis sangat tergantung pada lokasi yang terkena.
Bila pembuluh darah koroner yang terkena maka tanda dan gejala klinisnya sesuai
dengan tanda dan gejala klinis angina pectoris atau infark miokard akut. Bila
otak yang terkena maka tanda dan gejala klinis yang dikaji sesuai dengan kasus
stroke. Penyakit angina pectoris, infark miokard dan stroke akan dibahas
tersendiri. Pengkajian keperawatan yang akan kami fokuskan disini adalah
gangguan perfusi perifer selain yang mengenai organ tersebut di atas.
Data
subyektif yang mungkin didapat : nyeri mendadak atau dirasakan pilu, kram,
kelelahan atau kelemahan. Nyeri istirahat bersifat menetap, ngilu, dan tidak
nyaman dan biasanya terjadi di bagian distal ekstremitas. Perasaan dingin atau
baal pada ekstremitas terjadi akibat penurunan aliran arteri. Kaji pula tingkat
pengetahuan pasien tentang perawatan penyakitnya.
Data
obyektif yang mungkin didapat : ekstremitas yang terkena akan tampak pucat saat
ditinggikan dan sianosis saat tergantung. Warna dan suhu ekstremitas dicatat. Perubahan kulit dan
kuku, ulkus, gangren dan atropi otot bisa tampak jelas. Kuku mungkin menebal
dan keruh, kulit mengkilap, atropi dan kering disertai pertumbuhan rambut yang
jarang. Denyut nadi perifer dapat melemah atau
hilang sama sekali.
- DIAGNOSA
KEPERAWATAN / POTENSIAL KOMPLIKASI
a. Bila
mengenai jaringan perifer ;
1) Gangguan
perfusi jaringan perifer b.d gangguan sirkulasi.
2) Nyeri
b,d gangguan kemampuan pembuluh darah menyuplai oksigen ke jaringan,
3)
Risiko
kerusakan integritas kulit b.d gangguan sirkulasi.
b. Bila
dilakukan tindakan pembedahan
Ø
Pra Bedah :
4)
Ansietas
b.d rencana pembedahan yang kompleks.
Ø
Post Bedah :
5) Nyeri
akut b.d terpotongnya saraf akibat luka operasi.
6) Risiko
infeksi b.d adanya port de entry (lika operasi)
7)
Risiko
kerusakan integritas kulit b.d luka operasi.
c. Bila
dianjurkan modifikasi gaya
hidup :
8) Kurang
Pengetahuan tentang modifikasi gaya
hidup b.d kurang informasi.
- RENCANA INTERVENSI
KEPERAWATAN
a. Bila
mengenai arteri perifer.
1) Gangguan
perfusi jaringan :
Ø Pantau
tanda-tanda kecukupan perfusi jaringan.
Ø Anjurkan
untuk menurunkan ekstremitas di bawah jantung.
Ø Dorong
pasien melakukan latihan jalan atau latihan ekstremitas bertahap.
Ø Jaga
suhu hangat dan hindari suhu dingin.
Ø Anjurkan
pasien untuk tidak merokok.
Ø Beri
penyuluhan cara menghindari gangguan emosi dan penatalaksanaan stres.
Ø Anjurkan
untuk menghindari menyilang kaki.
2) Mengatasi
nyeri :
Ø Kaji
respons pasien terhadap nyeri.
Ø Jelaskan
penyebab nyeri.
Ø
Ajarkan
teknik distraksi dan relaksasi.
Ø Kolaborasi
pemberian analgetik.
3) Mencegah
kerusakan integritas kulit :
Ø
Pantau
tanda-tanda kerusakan integritas kulit.
Ø Instruksikan
cara menghindari trauma terhadap ekstremitas.
Ø Dorong
pemakaian sepatu dan bantalan pelindung pada daerah yang tertekan.
Ø Dorong
pasien agar menjaga hygiene dengan ketat, mandi dengan sabun netral,
mengoleskan pelembab, memotong kuku dengan hati-hati.
Ø Jelaskan
dan anjurkan tentang asupan nutrisi yang baik, suplemen vitamin B dan C yang
adekuat dan protein, serta mengontrol obesitas.
b. Bila
dilakukan pembedahan
Pra Bedah :
4) Menurunkan
ansietas :
Ø Kaji
dan pantau tanda ansietas yang terjadi.
Ø Jelaskan
prosedur pembedahan secara sederhana sesuai tingkat pemahaman pasien.
Ø Diskusikan
ketegangan dan harapan pasien.
Ø Perkuat
faktor-faktor pendukung untuk mengurangi ansiates.
Post Bedah :
5) Mengatasi
nyeri akut :
Ø Kaji
dan pantau tanda-tanda nyeri.
Ø Jelaskan
penyebab nyeri.
Ø
Ajarkan
teknik distraksi dan relaksasi.
Ø Kolaborasi
pemberian analgetik.
6) Risiko
infeksi :
Ø Kaji
dan pantau tanda-tanda infeksi.
Ø
Jelaskan
hal-hal yang harus dihindari agar luka tidak infeksi.
Ø
Rawat
luka dangan teknik sepsis dan asepsis.
Ø Kolaborasi
pemberian antibiotika.
7) Risiko
kerusakan integritas kulit :
Ø Kaji
dan pantau tanda-tanda kerusakan integritas kulit.
Ø Anjurkan
untuk selalu menjaga agar luka tetap kering dan bersih.
Ø Anjurkan diet dengan makanan bergizi tinggi dan suplemen
vitamin.
Ø Kolaborasi obat untuk mempercepat pertumbuhan jaringan
kulit.
c. Jika
dianjurkan modifikasi gaya
hidup :
8) Kurang
pengetahuan tentang cara memodifikasi gaya
hidup.
Ø Kaji
tingkat pengetahuan pasien.
Ø
Jelaskan
cara-cara memodifikasi gaya hidup (diet dan latihan).
Ø
Diskusikan
hambatan dan dukungan dalam memodifikasi gaya hidup.
- EVALUASI
KEPERAWATAN
a. Bila
mengenai jaringan perifer :
1) Gangguan
perfusi jaringan : suplai darah arteri ke ekstremitas meningkat (teraba hangat,
warna kemerahan/tidak pucat).
2) Nyeri
: pasien mengalami penurunan nyeri dan menggunakan analgetik dengan baik.
3)
Kerusakan
integritas kulit : integritas kulit terjaga, tidak terjadi trauma dan iritasi
kulit.
b. Bila
dilakukan pembedahan
Pra bedah :
4)
Ansietas
: tanda dan gejala ansietas menurun.
Pasca bedah :
5) Nyeri
akut : nyeri pasca bedah terkontrol.
6)
Risiko
infeksi : infeksi luka operasi tidak terjadi.
7) Risiko
kerusakan integritas kulit : kulit tampak terawat baik, integritas kulit
terjaga.
c. Bila
dianjurkan modifikasi gaya
hidup :
8) Kurang
pengetahuan : pemahaman pasien meningkat, pasien menunjukkan
mengikuti anjuran
modifikasi gaya
hidup dengan baik.
reverensi nya minta dong gan
BalasHapus