A.
Konsep Dasar Penyakit
- Definisi/Pengertian
Penyakit
Addison adalah penyakit yang terjadi akibat rusaknya korteks adrenal.
- Epidemiologi
-
Insiden penyakit Addison adalah 4 per 100.000 penduduk
-
50% pasien dengan penyakit addison, kerusakan korteks
adrenalnya merupakan manifestasi dari proses atoimun.
- Penyebab
-
Kerusakan pada korteks adrenal.
- Patofisiologi
Kerusakan
pada korteks adrenal mempengaruhi insufisiensi kortisol yang menyebabkan
hilangnya glukoneogenesis, glikogen hati menurun yang mengakibatkan
hipoglikemia, insufisiensi kortisol mengakibatkan ACTH dan MSH ® sehingga merangsang sekresi
melanin meningkat sehingga timbul hiperpigmentasi. Defisiensi aldosteron
dimanifestasikan dengan peningkatan kehilangan natrium melalui ginjal dan
peningkatan reabsorpsi kalium oleh ginjal kekurangan garam dapat dikaitkan
dengan kekurangan air dan volume. Penurunan volume plasma yang bersirkulasi
akan dikaitkan dengan kekurangan air dan volume mengakibatkan hipotensi.
- Gejala klinis
-
Hipotensi
-
Pusing
-
Hiperpigmentasi
-
Hipoglikemia
-
Keringat dingin
-
Gemeter
-
Penurunan kesadaran
-
Mual muntah
-
Kelelahan
-
Dehidrasi
-
Cemas
- Pemeriksaan penunjang
Inspeksi :
-
Terdapat hiperpigmentasi pada permukaan esktremitas,
mukosa pipi, lidah, lipatan telapak tangan dan sendi-sendi jari, puting susu,
tampak gemetar, keluar keringat dingin.
- Pemeriksaan Penunjang
-
Laboratorium
Dari tes
laboratorium, penderita mengalami penurunan eksresi dari hasil pemecahan atau
metabolit dari kortisol yaitu 17 hidrosikartikoid kadar-kadar kortisol plasma
merah, sedangkan kadar ACTH plasma meningkat.
- Therapy
-
Pengobatan penyakit Addison didasarkan pada tindakan
penggantian kortisol.
B.
Konsep Dasar Asuhan
Keperawatan
- Pengkajian
Data
subyektif :
-
Mengeluh pusing
-
Cepat lelah
Data
obyektif :
-
Hipotensi
-
Hiponatrimia
-
Keringat dingin
-
Gemeter
-
Mual-mual
-
Hiperpigmentasi
-
Kecemasan
-
Nampak lemah
-
Kadang-kadang terjadi penurunan kesadaran
- WOC
- Diagnosa keperawatan Addison
a.
Kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan
dengan kehilangan cairan dan elektrolit melalui ginjal.
b.
Harga diri rendah berhubungan dengan hyperpigmentasi
c.
Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan dan
perubahan fungsi fisiologi
d.
Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi
metabolisme (kadar glucosa darah)
e.
Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung.
- Intervensi - Rasionalisasi – Kriteria evaluasi
a.
Kekurangan volume cairan dari elektrolit berhubungan
dengan kehilangan cairan dan natrium melalui ginjal.
Intervensi
|
Rasionalisasi
|
1) Dapatkan riwayat
dari pasien atau orang terdekat yang berhubungan dengan lama dan intensitas
dari gejala yang muncul.
|
1) Membantu memperkirakan volume total
cairan
|
2) Pantau tanda vital,
catat perubahan tekanan darah pada perubahan posisi, kekuatan dari nadi
perifer
|
2) Hipotensi postural
merupakan bagian hipovolemia akibat kekurangan hormon aldosteron dan
penurunan curah jantung sebagai akibat dari penurunan kortisol. Nadi mungkin
melemah yang mudah dapat hilang.
|
3) Ukur dan timbang
berat badan setiap hari
|
3) Memberikan perkiraan
kebutuhan akan penggantian volume cairan dan keefektifan pengobatan.
Peningkatan berat badan yang cepat disebabkan oleh adanya retensi cairan dan
natrium yang berhubungan dengan pengobatan steroid.
|
4) Kaji pasien mengenai
rasa haus, kelelahan, nadi cepat, pengisian kapiler memanjang turgor kulit
jelek, membran mukosa kering. Catat warna kulit dan temperaturnya.
|
4) Untuk
mengindikasikan berlanjutnya hipovolemia dan mempengaruhi kebutuhan volume
pengganti.
|
5) Periksa adanya
perubahan dalam status mental dan sensori
|
5) Dehidrasi berat
menunjukkan curah jantung dan perfusi jaringan terutama jaringan otak.
|
6) Auskultasi bising
usus/peristaltik usus. Catat dan laporkan adanya mual, muntah dan diare
|
6) Kerusakan fungsi
saluran cerna dapat meningkatkan kehilangan cairan dan elektrolit dan
mempengaruhi cara untuk pemberian cairan dan nutrisi.
|
7) Kolaboratif dalam
pemberian cairan, larutan gula dan obat-obatan
|
7) Cairan dan
obat-obatan akan membantu pemenuhan kekurangan cairan dan elektrolit tubuh
|
Kriteria
Evaluasi Yang Diharapkan:
Pasien
menunjukkan adanya perbaikan keseimbangan cairan, dengan kriteria : pengeluaran
urine yang adekuat (batas normal), tanda-tanda vital stabil, tekanan nadi
parifer jelas, turgor kulit baik, pengisian kapiler baik dan membran mukosa
lembab/basah.
b.
Harga diri rendah berhubungan dengan hipopigmentasi
Intervensi
|
Rasionalisasi
|
1) Beri kesempatan
pasien untuk mengungkapkan perasaan tentang keadaannya, tunjukkan perhatian,
bersikap tidak menghakimi.
|
1) Membina hubungan dan
peningkatan keterbukaan dengan pasien, membentuk dalam mengevaluasi berapa
banyak masalah yang dapat diubah oleh pasien.
|
2) Sarankan pasien
untuk menggunakan ketrampilan management stres, misal: teknik relaksasi,
visualisasi dan bimbingan imajinasi.
|
2) Meminimalkan
perasaan stres, frustasi, meningkatkan kemampuan koping dan kemampuan untuk
mengendalikan diri.
|
3) Dorong pasien untuk
membuat daftar bantuan orang terdekat.
|
3) Pasien tidak merasa
sendirian dan merasa berguna dalam berhubungan dengan orang lain.
|
4) Dorong pasien untuk
membuat pilihan dan berpartisipasi dalam perawatan diri
|
4) Data membantu
meningkatakn tingkat kepercayaan diri, memperbaiki harga diri dan
meningkatkan perasaan terhadap pengendalian diri.
|
5) Sarankan untuk
mengunjungi seseorang yang penyakitkan telah terkontrol.
|
5) Dapat menolong
pasien untuk melihat hasil dari pengobatan yang telah dilakukan.
|
6) Tindakan kolaborasi
dengan: rujuk ke pelayanan sosial, konseling dan kelompok pendukung sesuai
kebutuhan
|
6) Pendekatan
komprehensif dapat membantu memenuhi kebutuhan pasien untuk memelihara
tingkah laku.
|
Kriteria
evaluasi :
-
Pasien mampu mengungkapkan penerimaan terhadap keadaan diri
sendiri diungkapkan secara verbal.
-
Pasien menunjukkan kemampuan adaptasi terhadap perubahan
yang ditandai pasien berpartisipasi aktif dalam bekerja/bermain/berhubungan
dengan orang lain.
c.
Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan dan
perubahan fungsi fisiologis
Intervensi
|
Rasionalisasi
|
1)
Observasi tingkat laku yang menunjukkan tingkat
ansietas
|
1)
Ansietas ringan dapat ditunjukkan dengan peka rangsang
dan insomnia. Ansietas berat yang berkembang ke dalam keadaan panik dapat menimbulkan
perasaan terancam, teror, ketidak mampuan untuk bicara dan bergerak.
Berteriak-teriak/bersumpah-sumpah.
|
2)
Pantau respon fisik, palpitasi, gerakan yang
berulang-ulang, hiperventilasi, insomnia
|
2)
Peningkatan pengeluaran penyekat beta-adrenergik
pada daerah reseptor, bersamaan dengan efek-efek kelebihan hormon tiroid,
menimbulkan manifestasi klinik dari peristiwa kelebihan ketekolamin ketika
kadar epinefrin/norepinefrin dalam keadaan normal.
|
3)
Jelaskan prosedur, lingkungan sekeliling atau suara
yang mungkin didengar oleh pasien.
|
3)
Memberikan informasi akurat yang dapat menurunkan
distorsi/kesalahan interpretasi yang dapat berperanan pada reaksi ansietas
atau ketakutan.
|
4)
Bicara singkat dengan kata yang sederhana
|
4)
Rentang perhatian mungkin menjadi pendek, konsentrasi
berkurang, yang membatasi kemampuan untuk mengasimilasi informasi.
|
5)
Kurangi stimulasi dari luar: tempatkan pada ruangan
yang tenang, berikan kelembutan, musik yang nyaman, kurangi lampu yang
terlalu terang, kurangi jumlah orang yang berhubungan dengan pasien.
|
5)
Menciptakan lingkungan yang terapeutik; menunjukkan
penerimaan bahwa aktivitas unit/personal dapat meningkatkan ansietas pasien.
|
6)
Tekankan harapan bahwa pengendalian emosi itu harus
tetap diberikan sesuai dengan perkembangan terapi obat.
|
6)
Memberikan informasi dan meyakinkan pasien bahwa
keadaan itu adalah sementara dan akan membaik dengan pengobatan.
|
Kriteria
evaluasi :
· Pasien tampak rileks
· Pasien melaporkan
ansietas berkurang sampai tingkat dapat diatasi
· Mampu mengidentifikasi
cara hidup yang sehat untuk membagikan perasaannya.
d.
Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi
metabolisme (gula darah)
Intervensi
|
Rasionalisasi
|
1)
Kaji/diskusikan tingkat kelemahan klien dan
identifikasi aktifitas yang dapat dilakukan klien.
|
1)
Pasien biasanya telah mengalami penurunan tenaga,
kelelahan otot menjadi terus memburuk setiap hari karena proses penyakit dan
munculnya ketidakseimbangan natrium dan kalium.
|
2)
Pantau tanda vital sebelum dan sesudah melakukan
aktivitas observasi adanya takikardia hipotensi dan perifer yang dingin.
|
2)
Kolapsnya sirkulasi dapat terjadi sebagai akibat dari
stres aktifitas jika curah jantung berkurang
|
3)
Sarankan pasien untuk menentukan masa/periode antara
istirahat dan melakukan aktifitas
|
3)
Mengurangi kelelahan dan mencegah ketegangan pada
jantung.
|
4)
Diskusikan cara untuk menghemat tenaga (misal: duduk
lebih baik daripada berdiri selama melakukan aktifitas/latihan), jika perlu
biarkan pasien melakukannya sendiri.
|
4)
Pasien akan dapat melakukan lebih banyak kegiatan
dengan mengurangi pengeluaran tenaga pada setiap kegiatan yang dilakukannya.
|
Kriteria
evaluasi :
· Pasien menyatakan
mampu untuk beristirahat, peningkatan tenaga dan penurunan rasa
· Mampu menunjukkan
faktor yang berpengaruh terhadap kelelahan.
· Pasien mampu
menunjukkan peningkatan kemampuan dan berpartisipasi dalam aktifitas.
e.
Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung
Intervensi
|
Rasional
|
1)
Pantau tanda vital: tensi, irama jantung
|
1)
Krisis addison mungkin menyebabkan tekanan darah
menurun. Frekwensi jantung yang tidak teratur akan menimbulkan penurunan
curah jantung.
|
2)
Kaji pengisian kapiler dan nasi perifer
|
2)
Pengisian kapiler yang memanjang, nadi yang lambat
& lemah merupakan indikasi terjadi syok.
|
3)
Ukur jumlah haluaran urine
|
3)
Walaupun biasanya ada poliuria penurunan haluaran urine
menggambarkan penurunan perfusi ginjal oleh penurunan curah jantung.
|
4)
Kolaborasi pemberi O2
|
4)
Kadar O2 yang maksimal dapat membantu
menurunkan kerja jantung.
|
Kriteria
evaluasi :
- Menunjukkan curah jantung yang
adekuat yang ditandai dengan tanda vital dalam batas normal, nadi perfer teraba
dengan baik, pengisian kapiler cepat dan status mental baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar