A.
KONSEP DASAR PENYAKIT
1) Pengertian RHD
Rematoid heart desease ( RHD ) merupakan penyebab terpenting dari penyakit
jantung yang didapat,baik pada anak maupun pada dewasa. Rematoid fever adalah
peradangan akut yang sering diawali oleh peradangan pada farings. Sedangkan RHD adalah penyakit berulang dan kronis. Pada
umumnya seseorang menderita penyakit rematoid fever akut kira-kira dua minggu
sebelumnya pernah menderita radang tenggorokan.
Reumatoid heart desease (RHD ) adalah suatu proses
peradangan yang mengenai jaringan-jaringan penyokong tubuh, terutama
persendian, jantung dan pembuluh darah oleh organisme streptococcus hemolitic-b
grup A (Pusdiknakes, 1993).
grup A.
2) Epidemiologi / Insiden Kasus
3)
Penyebab / Faktor
Predisposisi
Penyebab secara pasti dari RHD
belum diketahui, namun penyakit ini sangat berhubungan erat dengan infeksi
saluran napas bagian atas yang disebabkan oleh streptococcus hemolitik-b grup A
yang pengobatanya tidak tuntas atau bahkan tidak terobati. Pada penelitian
menunjukan bahwa RHD terjadi
akibat adanya reaksi imunologis antigen-antibody dari tubuh.Antibody yang
melawan streptococcus bersifat sebagai antigen sehingga terjadi reaksi
autoimun.
Terdapat faktor-faktor predisposisi yang berpengaruh pada
reaksi timbulnya RHD :
a.
Faktor-faktor pada individu
- Faktor Genetik
Meskipun pengetahuan tentang faktor genetik pada RHD
ini tidak lengkap namun pada umumnya ada pengaruh faktor keturunan pada proses
terjadinya RHD , walaupun cara
penurunanya belum dapat dipastikan.
- Jenis Kelamin
Dulu sering dinyatakan bahwa RHD
lebih sering terjadi pada anak wanita daripada anak laki-laki.
- Golongan Etnik dan Ras
Data di Amerika menunjukan bahwa serangan awal maupun
serangan ulangan lebih sering terjadi pada orang berkulit hitam dibandingkan
orang berkulit putih
- Umur
b.
Faktor-faktor lingkungan
- Keadaan sosial ekonomi yang buruk
Keadaan sosial ekonomi yang buruk adalah sanitasi
lingkungan yang buruk, rumah dengan oenghuni yang padat, rendahnya pendidikan
sehingga pemahaman untuk segera mencari pengobatan anak yang menderita infeksi
tenggorokan sangat kurang ditambah pendapatan yang rendah sehingga biaya
perawatan kesehatan kurang
- Iklim dan geografis
- Cuaca
Perubahan cuaca yang mendadak sering mengakibatkan insiden
infeksi saluran napas atas meningkat, sehingga mengakibatkan kejadian RHD juga dapat meningkat
5.
Manifestasi Klinis dan
Kriteria diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis RHD
dengan melihat tanda dan gejala maka digunakan kriteria Jones yang
terdiri dari kriteria mayor dan kriteria minor.
a.
Kriteria Mayor
1)
Carditis
Yaitu terjadi peradangan pada jantung ( miokarditis dan
atau endokarditis ) yang menyebabkan terjadinya gangguan pada katub mitral dan
aorta dengan manifestasi terjadi penurunan curah jantung ( seperti hipotensi,
pucat, sianosis, berdebar-debar dan heart rate meningkat ), bunyi jantung
melemah, dan terdengar suara bising katup pada auskultasi akibat stenosis dari
katup terutama mitral ( bising sistolik ), Friction rub.
2)
Polyarthritis
Klien yang menderita RHD
biasanya datang dengan keluhan nyeri pada sendi yang berpindah-pindah, radang
sendi-sendi besar, lutut, pergelangan kaki, pergelangan tangan, siku (
polyarthritis migrans ), gangguan fungsi sendi.
3)
Khorea Syndenham
Merupakan gerakan yang tidak disengaja / gerakan abnormal ,
bilateral,tanpa tujuan dan involunter, serta sering kali disertai dengan
kelemahan otot ,sebagai manifestasi peradangan pada sistem saraf pusat.
4)
Eritema Marginatum
Eritema marginatum merupakan manifestasi RHD pada kulit, berupa bercak-bercak merah dengan
bagian tengah berwarna pucat sedangkan tepinya berbatas tegas , berbentuk bulat
dan bergelombang tanpa indurasi dan tidak gatal. Biasanya terjadi pada batang
tubuh dan telapak tangan.
5)
Nodul Subcutan
Nodul subcutan ini terlihat sebagai tonjolan-tonjolan keras
dibawah kulit tanpa adanya perubahan warna atau rasa nyeri. Biasanya timbul
pada minggu pertama serangan dan menghilang setelah 1-2 minggu. Ini jarang
ditemukan pada orang dewasa.Nodul ini terutama muncul pada permukaan ekstensor
sendi terutama siku,ruas jari,lutut,persendian kaki. Nodul ini lunak dan
bergerak bebas.
b.
Kriteria Minor
1)
Memang mempunyai riwayat RHD
2)
Artralgia atau nyeri sendi tanpa adanya tanda obyektif
pada sendi, klien kadang-kadang sulit menggerakkan tungkainya
3)
Demam namun tidak lebih dari 39
derajat celcius dan pola tidak tentu
4)
Leukositosis
5)
Peningkatan laju endap darah ( LED
)
6)
C- reaktif Protein ( CRP ) positif
7)
P-R interval memanjang
8)
Peningkatan pulse/denyut jantung
saat tidur ( sleeping pulse )
9)
Peningkatan Anti Streptolisin O (
ASTO )
Selain kriteria mayor dan minor tersebut, terjadi juga
gejala-gejala umum seperti , akral
dingin, lesu,terlihat pucat dan anemia akibat gangguan eritropoesis.gejala lain
yang dapat muncul juga gangguan pada GI
tract dengan manifestasi peningkatan HCL dengan gejala mual dan anoreksia
Diagnosis RHD
ditegakkan apabila ada dua kriteria mayor dan satu kriteria minor, atau dua
kriteria minor dan satu kriteria mayor.
6.
Pemeriksaan Diagnostik /
Penunjang
a.
Pemeriksaan laboratorium
Dari pemeriksaan laboratorium darah didapatkan peningkatan
ASTO, peningkatan laju endap darah ( LED ),terjadi leukositosis, dan dapat
terjadi penurunan hemoglobin .
b.
Radiologi
Pada pemeriksaan foto thoraks menunjukan terjadinya
pembesaran pada jantung.
c.
Pemeriksaan Echokardiogram
Menunjukan pembesaran pada jantung dan terdapat lesi
d.
Pemeriksaan Elektrokardiogram
Menunjukan interval P-R memanjang.
e.
Hapusan tenggorokan :ditemukan
steptococcus hemolitikus b grup A
7.
Therapy / Penatalaksanaan
Tata laksana RHD
aktif atau reaktifitas adalah sebagai berikut :
a.
Tirah baring dan mobilisasi
bertahap sesuai dengan keadaan jantungnya.
Kelompok
klinis
|
Tirah baring
( minggu )
|
Mobilisasi bertahap
( minggu)
|
- Karditis ( - )
- Artritis ( + )
|
2
|
2
|
- Karditis ( + )
- Kardiomegali (-)
|
4
|
4
|
- Karditis ( + )
- Kardiomegali(+)
|
6
|
6
|
- karditis ( + )
- Gagal jantung (+ )
|
> 6
|
> 12
|
b.
Eradikasi dan selanjutnya
pemberian profilaksis terhadap kuman sterptococcus dengan pemberian injeksi Benzatine penisillin secara
intramuskuler. Bila berat badan lebih dari 30 kg diberikan 1,2 juta unit dan
jika kurang dari 30 kg diberikan 600.000-900.000 Unit.
c.
Untuk antiradang dapat diberikan
obat salisilat atau prednison tergantung keadaan klinisnya. Salisilat diberikan
dengan dosis 100 mg/kg BB/hari selama kurang lebih 2 minggu dan 25 mg/ Kg
BB/hari selama 1 bulan. Prednison diberikan selama kurang lebih 2 minggu dan
teppering off ( dikurangi bertahap ). Dosis awal prednison 2 mg/ kg BB/hari.
d.
Pengobatan rasa sakit dapat
diberikan analgetik
e.
Pengobatan terhadap khorea hanya
untuk symtomatik saja, yaitu klorpromazin,diazepam atau haloperidol. Dari
pengalaman ternyata khorea ini akan hilang dengan sendirinys dengan tirah
baring dan eradikasi.
f.
Pencegahan komplikasi dari
carditis misal adanya tanda-tanda gagal jantung dapat diberikan terapi
digitalis dengan dosis 0,04-0,06 mg/kg BB.
B.
KONSEP ASUHAN
KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Data fokus:
-
Peningkatan suhu tubuh tidak
terlalu tinggi kurang dari 39 derajat celcius namun tidak terpola
-
Adanya riwayat infeksi saluran
nafas.
-
Tekanan darah menurun, denyut nadi
meningkat, dada berdebar-debar..
-
Nyeri abdomen, Mual, anoreksia dan penurunan
hemoglobin
-
Arthralgia, gangguan fungsi sendi
-
Kelemahan otot
-
Akral dingin
-
Mungkin adanya sesak.
-
Manifestasi khusus:
- carditis:
takikardia terutama saat tidu ( sleeping
pulse )
kardiomegali
suara bising katup ( suara sistolik )
perubahan suara jantung
perubahan ECG (PR memanjang)
Precordial pain
Precardial friction rub
Lab : leukositosis, LED meningkat, peningkatan ASTO,.
- Polyarthritis
Nyeri dan nyeri tekan disekitar sendi Menyebar pada sendi
lutut, siku, bahu, lengan ( gangguan fungsi sendi )
- Nodul subcutaneous:
Timbul benjolan
dibawah kulit, teraba lunak dan bergerak bebas,
Muncul sesaat, pada umumnya langsung diserap.
Terdapat pada permukaan ekstensor persendian
- Khorea:
Pergerakan ireguler pada ekstremitas, involunter dan cepat.
Emosi labil
Kelemahan otot
- Eritema marginatum:
bercak kemerahan umum pada batang tubuh dan telapak tangan.
Bercak merah dapat berpindah lokasi à tidak permanen
eritema bersifat non pruritus
2. Diagnosis Keperawatan yang
mungkin muncul
1) Penurunan
curah jantung b/d adanya gangguan pada penutupan pada katup mitral ( stenosis
katup ) ditandai dengan :
DS :
- Klien mengatakan jantung
berdebar-debar
DO :
- Takikardia terutama saat tidur (
sleeping pulse )
- Hipotensi, pucat sampai sianosis,akral
dingin.
- Bunyi jantung melemah, suara bising
katup ( bising sistolik), friction rub.
- Pemeriksaan lab : Peningkatan ASTO
- Perubahan EKG pada gelombang P-R
memanjang
- Pada ekocardiogram menunjukan pembesaran
juntung
2) Nyeri akut berhubungan dengan
peradangan pada membran sinovial
DS :
- Klien mengeluh nyeri pada sendi dan
berpindah-pindah.
DO :
- Klien nyeri tekan pada daerah sendi
- Klien membatasi gerakan sendi.
3) Hipertermia berhubungan dengan
Peradangan pada membran sinovial dan peradangan katup jantung. Ditandai dengan
:
DS :
DO :
- Peningkatan suhu tubuh namun kurang
dari 39 derajat celcius dan tidak terpola
- Takikardia
- Pemeriksaan laboratorium darah
menunjukan leukositosis.
- Hapusan tenggorokan ditemukan
streptococcus hemoliticus b grup A
4) Ketidakseimbangan nutrisi ; kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan asam lambung akibat
kompensasi sistem saraf simpatis. Ditandai dengan :
DS :
- Klien mengeluh mual dan tidak napsu
makan
- Klien mengeluh lemas
DO :
- Klien mengalami kelemahan.
5) Syndrome kurang perawatan diri
berhubungan Gangguan muskuloskeletal ; Poltarthritis/arthalgia dan therapi bed
rest .Ditandai dengan :
DS :
- Klien mengeluh nyeri sendi
DO :
- Klien mengalami gangguan fungsi
sendi, nyeri tekan pada sendi
- Klien tampak membatasi gerakan
sendi.
- Therapi klien harus tirah baring/bed
rest
6) Kerusakan integritas kulit
behubungan dengan peradangan pada kulit dan jaringan subcutan. Ditandai dengan
:
DS :
- Klien mengatakan timbul
bercak-bercak merah namun tidak gatal
pada kulit dan badan
DO :
- Tampak adanya eritema marginatum
pada kulit dan badan klien
7) Resiko kerusakan pertukaran gas
berhubungan dengan penumpukan darah diparu akibat pengisian atrium yang
meningkat
8) Resiko cidera berhubungan dengan Gerakan involunter,irrigulaer, cepat dan kelemahan otot/khorea
3. Intervensi dan Rasional Keperawatan
1) Penurunan curah jantung b/d adanya
gangguan pada penutupan katup mitral ( stenosis katup )
Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan,penurunan
curah jantung dapat diminimalkan.
Kriteria hasil: Vital sign dalam batas normal, , bebas
gejala gagal jantung,
Intervensi dan rasional:
Intervensi
|
Rasional
|
1. Kaji frekuensi
nadi, RR, TD secara teratur setiap 4 jam.
2.
Kaji perubahan warna kulit terhadap sianosis dan pucat.
3. Batasi aktifitas
secara adekuat.
4. Berikan kondisi
psikologis lingkungan yang tenang.
5.
Kolaborasi
untuk pemberian oksigen
6.Kolaborasi untuk pemberian
digitalis
|
1.
Memonitor adanya perubahan sirkulasi
jantung sedini mungkin dan terjadinya takikardia-disritmia sebagai kompensasi
meningkatkan curah jantung
2.
Pucat menunjukkan adanya penurunan perfusi perifer
terhadap tidak adekuatnya curah jantung. Sianosis terjadi sebagai akibat
adanya obstruksi aliran darah pada ventrikel.
3.
Istirahat memadai diperlukan untuk memperbaiki
efisiensi kontraksi jantung dan menurunkan komsumsi O2 dan kerja berlebihan.
4.
Stres emosi menghasilkan vasokontriksi yang
meningkatkan TD dan meningkatkan kerja jantung.
5.
Meningkatkan sediaan oksigen untuk fungsi miokard
dan mencegah hipoksia.
6.
Diberikan untuk meningkatkan kontraktilitas miokard
dan menurunkan beban kerja jantung.
7.
|
2) Nyeri akut berhubungan dengan
peradangan pada membran sinovial
Tujuan : setelah
dilakukan tindakan keperawatan, masalah nyeri teratasi.
Kriteria hasil : Klien
tidak mengeluh nyeri, tidak ada nyeri tekan dan klien tidak membatasi
gerakanya.
Intervensi dan rasional:
Intervensi
|
Rasional
|
|
|
3) Hipertermia berhubungan dengan
Peradangan pada membran sinovial dan peradangan katup jantung.
Tujuan : setelah
dilakukan tindakan keperawatan masalah hiperteemia teratasi
Kriteria hasil : Suhu
normal ( 26-37 derajat celcius ), nadi normal,leukosit normal (4.300-11.400 per
mm³ darah), tidak ditemukan steptococcus hemolitikus b grup A pada hapusan
tenggorokan.
Intervensi dan rasional
Intervensi
|
Rasional
|
|
1.
Mengetahui
data dasar terhadap perencanaan tindakan yang tepat
2.
Membantu
meberikan evek vasodilatasi pembuluh darah sehungga pengeluaran panas
terjadi secara evaporasi
3.
Peningkatan
suhu juga dapat meyebabkan kehilangan cairan akibat evaporasi
4.
Mencegah
terjadinya peningkatan reaksi peradangan dan hipermetabolisme.
5.
Mengurangi
proses peradangan sehingga peningkatan suhu tidak terjadi serta streptococus
hemolitikus b grup A akan mampu dimatikan
|
4) Ketidakseimbangan
nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan asam
lambung akibat kompensasi sistem saraf simpatis
Tujuan :
setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan dapat teratasi.
Kriteria hasil
: Klien tidak mual dan anoreksia, masukan makanan adekuat dan kelemahan hilang.
Intervensi dan Rasional :
Intervensi
|
Rasional
|
|
|
5) Syndrome kurang perawatan diri
berhubungan Gangguan muskuloskeletal ; Polyarthritis / Arthralgia dan therapi
bed rest.
Tujuan : setelah
dilakukan tindakan keperawatan masalah pemenuhan ADL klien teratasi.
Kriteria hasil :Klien
mengatakan ADL terpenuhi.
Intervensi dan Rasional
:
INtervensi
|
Rasional
|
1. Bantu pemenuhan ADL klien
2.
Libatkan keluarga untuk membantu
memenuhi kebutuhan klien
3.
Beri penjelasan kepada klien bahwa
klien haru s tirah baring sesuai dengan
waktu yang diindikasikan
|
1.Memenuhi
kebutuhan klien sehingga klien tetap bed rest dan tenang
2.Kebutuhan
klien akan l;ebih terpenuhi sehingga klien merasa tetap diperhatikan
3.Mencegah
adanya komplikasi peradangan sampai ketingkat gagal jantung.
|
6) Kerusakan integritas kulit
behubungan dengan peradangan pada kulit dan jaringan subcutan
Tujuan : Seteklah
dilakukan tindakan keperawatan,kerusakan integritas kulit teratasi.
Kriteria hasil : Eritema
hilang pada tangan dan tubuh klien
Intervensi dan Rasional
INtervensi
|
Rasional
|
1. Kaji tingkat kerusakan kulit
2. Pertahankan
permukaan kering dan bersih
3. Berikan bantalan
yang lembut pada badan
4. Kolaborasi untik
pemberian obat antiradang ( prednison )
|
1.memberikan
pedoman untuk memberikan intervensi yang tepat
2.Lembab merupakan
tempat pertumbuhan yang baik untuk mikroorganisme.
3. Mencegah
penekanan pada eritema sehingga tidak meluas
4. Mengurangi
reaksi peradangan sehingga eritema hilang.
|
7) Resiko kerusakan pertukaran gas berhubungan
dengan penumpukan darah diparu akibat pengisian atrium yang meningkat
Tujuan : setelah
dilakukan tindakan keperawatan masalah resiko kerusakan pertukaran gas tidak
terjadi
Rencana intervensi dan rasional:
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Auskultasi bunyi nafas, catat
krekels, mengii.
2.
Anjurkan pasien batuk efektif,
nafas dalam.
3.
Pertahankan posisi semifowler,
sokong tangan dengan bantal Jika memungkinkan
4.
Kolaborasi dalam memBerikan
oksigen tambahan sesuai indikasi.
5.Kolaborasi untuk pemeriksaan AGD
6.Kolaborasi untuk pemberian pemberian diuretik.
|
1. Menyatakan adanay kongesti
paru/pengumpulan sekret menunjukkan kebutuhan untuk intervensi lanjut.
2.
Membersihkan jalan nafas dan
memudahkan aliran oksigen.
3.
Menurunkan komsumsi
oksigen/kebutuhan dan meningkatkan ekspansi paru maksimal.
4.
Meningkatkan konsentrasi oksigen
alveolar, yang dapat memperbaiki/menurunkan hipoksemia jaringan.
5.
Hipoksemia dapat menjadi berat
selama edema paru
6.Menurunkan kongesti alveolar, meningkatkan pertukaran gas.
|
8) Resiko cidera berhubungan dengan Gerakan involunter,irrigulaer, cepat dan kelemahan otot/khorea
Tujuan : Setelah
dilakukan tindakan keperawatan resiko cidera tidak terjadi.
Intervensi dan Rasional
Intervensi
|
Rasional
|
|
.
|
4.
Kriteria Evaluasi
1) Penurunan curah jantung b/d adanya
gangguan pada penutupan pada katup mitral ( stenosis katup ) dapat
teratasi.dengan kriteria evaluasi :
Vital sign dalam batas normal , Gambaran
EKG normal, bebas gejala gagal jantung,
2) Nyeri akut berhubungan dengan
peradangan pada membran sinovial dapat teratasi dengan kriteria evaluasi : Klien tidak mengeluh
nyeri, tidak ada nyeri tekan dan klien tidak membatasi gerakanya
3) Hipertermia berhubungan dengan
Peradangan pada membran sinovial dan peradangan katup jantung. Dapat teratasi
dengan kriteria evaluasi : Suhu normal ( 26-37 derajat celcius ), nadi
normal,leukosit normal (4.300-11.400 per mm³ darah), tidak ditemukan
steptococcus hemolitikus b grup A pada hapusan tenggorokan.
4) Ketidakseimbangan nutrisi ; kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan asam lambung akibat
kompensasi sistem saraf simpatis. Dapat teratasi dengan kriteria evaluasi :
Klien tidak mual dan anoreksia, masukan makanan adekuat dan kelemahan hilang.
5) Syndrome kurang perawatan diri
berhubungan Immobilitas fisik akibat Gangguan muskuloskeletal ; arthralgia dan
therapi.dapat terpenuhi dengan kriteria evaluasi : Klien mengatakan ADL
terpenuhi.
6) Kerusakan integritas kulit
behubungan dengan peradangan pada kulit dan jaringan subcutan. Dapat teratasi
dengan kriteria evaluasi : Eritema hilang pada tangan dan tubuh klien
7) Resiko kerusakan pertukaran gas
berhubungan dengan penumpukan darah diparu akibat pengisian atrium yang
meningkat tidak menjadi aktual.
8) Resiko cidera berhubungan dengan Gerakan involunter,irrigulaer, cepat dan kelemahan otot/khorea tidak menjadi aktual
Tidak ada komentar:
Posting Komentar