A.
Konsep Dasar Penyakit
- Definisi
Glomerulonefritis
adalah penyakit yang ditandai oleh inflamasi glomerulus ginjal, dengan
proteinuria, eritrosit, leukosit dalam urin dan retensi garam, air dan nitrogen
dalam derajat yang bervariasi.
- Epidemiologi/insiden kasus
-
Diperkirakan pada lebih dari 90% anak-anak yang menderita
penyakit ini sembuh sempurna
-
Pada orang dewasa prognosisnya kurang baik (30% sampai
50%).
-
2% sampai 5% dari semua kasus akut mengalami kematian
-
Sisa penderita lainnya dapat berkembang menjadi
glomerulonefritis progesif cepat/kronik.
- Etiologi
Glomerulanefritis
disebabkan oleh kuman streptocuccus beta hemoliticus golongan A tipe 12,4,16,25
dan 29.
- Patofisiologi
Diawali
dari infeksi streptococcus beta hemoliticus grup A tipe 12,4,16,25,29 yang
terjadi pada tenggorokan dan kadang-kadang pada kulit. Setelah masa laten 1
sampai dengan 2 minggu infeksi ini menimbulkan reaksi antibodi dengan antigen
khusus dari streptococcus yang merupakan unsur membrana plasma spesifik khusus,
yang menimbulkan kompleks antigen-antibodi dalam darah yang bersirkulasi
kedalam glomerulus yang terperangkap dalam membran basalis yang mengakibatkan
terjadinya distensi yang merangsang terhadap reflek reno-intestinal dan
proksimili anatomi meningkat sehingga timbul anoreksia, mual ,muntah. Kompleks
tersebut juga akan terfiksasi sehingga mengakibatkan lesi dan peradangan yang
menarik leukosit polimerfonuklear (PMN) dan trombosit menuju tempat lesi
terjadi fagositosis dan pelepasan enzim lisosom yang merusak endotel dan
membrana basalis glomerulus. Respon dari lesi tersebut timbul proliferasi.
Sel-sel endotel yang diikuti oleh sel-sel mesangium dan sel-sel epitel
akibatnya menimbulkan kebocoran kapiler glomerulus maka protein dan sel darah
merah dapat keluar bersama kemih yang sedang dibentuk ginjal timbul protenuria,
hematuria, albuminuria, oliguria. Dengan penurunan ureum mengakibatkan pruritus
,hematuria menimbulkan anemia, kadar hb menjadi menurunyang menyebabkan
mengeluh sesak.Albuminuria mengakibatkan hipoalbumenia yang berpengaruh pada
sistem imun mengakibatkan tekanan osmotik menurun mempengaruhi transudasi
cairan ke interstitiil mengakibatkan edema. selain menimbulkan, kerusakan
kapiler generalit, proliferasi dan kerusakan glomerulus dapat mempengaruhi GFR
yang mengalami penurunan sehingga aldosteron meningkat terjadi retensi Na+
dan air sehingga menimbulkan edema. Retensi air mempengaruhi ECF yang meningkat
sehingga memicu terjadi hipertensi. Selain itu hipertensi juga dapat
diakibatkan dari aktivitas vasodepresor yang meningkat sehingga terjadi
vasospasme.
WOC
- Klasifikasi
Glomerulonefritis
dibedakan menjadi 3 :
a.
Difus
Mengenai
semua glomerulus, bentuk yang paling sering ditemui timbul akibat gagal ginjal
kronik. Bentuk klinisnya ada 3 :
1)
Akut
Jenis gangguan yang klasik dan jinak, yang selalu diawali oleh infeksi
stroptococcus dan disertai endapan kompleks imun pada membrana basalis
glomerulus dan perubahan proliferasif seluler.
2)
Sub akut
Bentuk glomerulonefritis yang progresif cepat, ditandai dengan
perubahan-perubahan proliferatif seluler nyata yang merusak glomerulus sehingga
dapat mengakibatkan kematian akibat uremia.
3)
Kronik
Glomerulonefritis progresif lambat yang berjalan menuju perubahan sklerotik
dan abliteratif pada glomerulus, ginjal mengisut dan kecil, kematian akibat
uremia.
b.
Fokal
Hanya sebagian
glomerulus yang abnormal.
c.
Lokal
Hanya
sebagian rumbai glomerulus yang abnomral misalnya satu sampai kapiler.
- Gejala-gejala klinis
-
Proteinuria
-
Hematuria
-
Digouria
-
Odema
-
Hipertensi
-
Rasa lelah
-
Anoreksia
-
Demam
-
Sakit kepala
-
Mual, muntah
- Pemeriksaan fisik
Inspeksi
:
-
Dilakukan pengukuran berat badan
Berat
badan biasa ditemukan meningkat.
-
Dilakukan pengukuran tekanan darah biasa terjadi
peningkatan tekanan darah.
-
Tampak odema
-
Tampak pruritus
- Pemeriksaan diagnostik/penunjang
a.
Pemeriksaan laboratorium
1)
Urine
Terdapat protein (proteinuria), terdapat darah (hematuria), albuminuria,
urine tampak kemerah-merahan seperti kopi.
Secara mikroskopik : sedimen kemih tampak adanya silindruria (banyak
silinder dalam kemih), sel-sel darah merah dan silinder eritrosit.
Berat jenis urine biasnaya tinggi meskipun terjadi azotemia.
2)
Biakan kuman (sediaan dari suab tenggorokan dan tites
antistreptolisin/ASO) untuk tentukan etiologi streptococcus.
3)
Darah
Laju endapan darah meningkat, kadar Hb menurun.
b.
Test gangguan kompleks imun
c.
Biopsi ginjal
Untuk
menegakkan diagnosis penyakit glomerulus.
- Diagnosis/kriteria diagnosis
a.
Nefritis lokal
b.
Oklusi arteri renalis dan trombosis vena renalis
c.
Gagal jantung/hati
d.
Endokarditis bakterialis
e.
Lesi obstruktif dari traktus urinarius dan hidronefrosis
- Theraphy
a.
Pemberian penisilin untuk mengurangi penyebaran infeksi
streptpcoccus
b.
Antihipertensi (diet garam)
c.
Diuretik
d.
Plasmaferesis
e.
Pengaturan dalam pemberian cairan
(perlu
diperhatikan keseimbangan cairan dan elektrolit).
Pemberian
diet rendah protein, rendah garam.
B.
Konsep Dasar Asuhan
Keperawatan
- Pengkajian
Data
subyektif :
-
Pasien mengeluh mual
-
Anoreksia
-
Muntah
-
Mengeluh demam
-
Mengeluh sakit kepala/pusing
-
Mengeluh sesak
Data
subyektif:
-
Tampak odema
-
Muntah
-
Pada saat disentuh teraba hangat
-
Albuminuria
-
Hematuria
-
Proteianuria
-
Oliguria
-
Tampak lemah
-
Tekanan darah meningkat
-
Tampak bertanya-tanya tentang keadaannya
-
Tampak penambahan berat badan
-
Peningkatan tekanan darah
- Diagnosa keperawatan
a.
Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses
inflamasi ditandai oleh pasien mengeluh sesak.
b.
Perubahan pola eleminasi urinarius berhubungan dengan
penurunan kapasitas atau iritasi kandung kemih sekunder terhadap infeksi
ditandai dengan oliguri/anuria
c.
Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan
mekanisme regulator (gagal ginjal) dengan potensi air ditandai oleh aliguria,
edema, peningkatan berat badan.
d.
Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan pertahanan
imunologi.
e.
Perubahan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah.
f.
Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit
berhubungan dengan gangguan turgor kulit (edema), pruritus.
g.
Hipertermi berhubungan dengan tidak efektifnya
termoregulasi sekunder terhadap infeksi ditandai oleh demam.
h.
Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan
kebutuhan pengobatan berhubungan dengan keterbatasan kognitif ditandai oleh
pertanyaan/permintaan informasi, pernyataan salah konsep.
POHON
MASALAH TERLAMPIR
- Perencanaan
a.
Tindakan/intervensi-rasional-kriteria evaluasi
1)
Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses
inflamasi ditandai oleh pasien mengeluh sesak
Tindakan/intervensi
|
Rasional
|
a) Kaji
frekuensi kedalaman pernafasan dan ekspansi dada
|
- Frekuensi nafas
biasanya meningkat, dispnea dan terjadi peningkatan kerja nafas. Ekspansi
dada yang terbatas menandakan adanya nyeri dada
|
b) Tinggikan
posisi kepala dan bantu bantu dalam mengubah posisi
|
- Posisi kepala lebih
tinggi memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan pernafasan. Pengubahan
posisi meningkatkan pengisian segmen paru yang berbeda sehingga memperbaiki
difusigas
|
c) Membantu
pasien mengatasi ketakutan dalam bernafas
|
- Perasaan takut
bernafas meningkatkan terjadi hipoksemia
|
d) Kolaborasi
dalam pemberian oksigen tambahan
|
- Memaksimalkan
bernafas dan menurunkan kerja nafas
|
Kriteria
evaluasi yang diharapkan :
-
Menunjukkan pola nafas efektif, sesak berkurang atau
hilang
2)
Perubahan pola eleminasi urinarius berhubungan dengan
kapasitas atau iritasi kandung kemih sekunder terhadap infeksi ditandai oleh
oliguria/anuria
Tindakan/intervensi
|
Rasional
|
a) Catat keluhan urine
(sedikit penurunan/ penghentian aliran urine tiba-tiba)
|
- Penurunan aliran
urine tiba-tiba dapat mengindikasikan obstruksi/disfungsi
|
b) Observasi dan catat warna urine,
perhatikan hematuria
|
- Urine dapat agak
kemerahmudaan
|
c) Awasi tanda-tanda
vital
|
- Indikator
keseimbangan cairan menunjukkan tingkat hidrasi dan keefektifan therapi
penggantian cairan
|
d) Kolaborasi dalam
pemberian cairan intravena
|
- Membantu
mempertahankan hidrasi/sirkulasi volume adekuat dan aliran urine.
|
Kriteria
evaluasi yang diharapkan :
-
Menunjukkan aliran urine terus-menerus dengan haluaran
urine adekuat untuk situasi individu
3)
Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan
mekanisme regulator (gagal ginjal) dengan potensi air ditandai oleh aliguria,
edema, peningkatan berat badan.
Tindakan/intervensi
|
Rasional
|
a) Awasi denyut
jantung, tekanan darah
|
- Takikardia dan
hipertensi karena kegagalan ginjal untuk mengeluarkan urine dan pembatasan
cairan berlebihan selama mengobai hipovolemik/hipotensi.
|
b) Catat pemasukan dan
pengeluaran adekuat
|
- Perlu untuk
menentukan fungsi ginjal, kebutuhan penggantian cairan dan risiko kelebihan
cairan.
|
c) Kaji kulit, wajah,
area tergantung untuk edema
|
- Edema terjadi
terutama pada jaringan yang tergantung pada tubuh.
|
d) Awasi pemeriksaan
laboratorium seperti BUN/kreatinin
|
- Mengkaji
berlanjutnya dan penanganan disfungsi/gagal ginjal
|
e) Berikan/batasi
cairan sesuai indikasi
|
- Manajemen cairan
diukur untuk menggantikan pengeluaran dari semua sumber ditambah perlaraan
kehilangan yang tak tampak
|
f) Kolaborasi dalam
pemberi piuretik
|
- Diberikan pada fase
oliguria dan meningkatkan volume urine adekuat
|
Kriteria
hasil yang diharapkan
-
Menunjukkan haluaran urine tepat dengan berat jenis/hasil
laboratorium mendekati normal, berat badan stabil, tanda vital dalam batas
normal, tidak ada odema.
4)
Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan pertahanan
imunologi.
Tindakan/intervensi
|
Rasional
|
a) Tingkatkan cuci
tangan yang baik pada pasien dan staf
|
- Menurunkan risiko
kontamiasi silang
|
b) Hindari prosedur,
instrumen dan manipulasi kateter tidak menetap, gunakan teknik aseptik bila
merawat/memanipulasi IV
|
- Membatasi
introduksi bakteri ke dalam tubuh, deteksi dini/pengobatan terjadinya infeksi
dapat mencegah sepsis
|
c) Berikan perawatan
kateter dan tingkatkan perawatan kateter dan tingkatkan perawatan perionatal
|
- Menurunkan
kolonisasi bakteri dan risiko 15K asenden
|
d) Kaji integritas
kulit
|
- Ekskoriasi akibat
gesekan dapat menjadi infeksi sekunder
|
e) Awasi tanda vital
|
- Demam dengan
peningkatan nadi dan pernafasan adalah tanda peningkatan laju metabolik dari
proses inflamasi.
|
f) Ambil spesimen
untuk kultur dan sensitivitas dan berikan antibiotik tepat sesuai indikasi
|
- Memastikan infeksi
dan identifikasi organisme khusus, membantu memilih pengobatan infeksi paling
efektif.
|
Kriteria
evaluasi yang diharapkan :
- Tidak mengalami tanda/gejala infeksi
5)
Perubahan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah.
Tindakan/intervensi
|
Rasional
|
a)
Kaji/catat pemasukan diet
|
- Membantu dalam
mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan diet
|
b)
Berikan makan sedikit dan sering
|
- Meminimalkan
anoreksia dan mual sehubungan dengan status uremik/menurunnya peristaltik
|
c)
Berikan pasien/orang terdekat daftar makanan
|
- Memberiakn pasien
tindakan kontrol dalam pembatasan diet.
|
d)
Tawarkan perawatan mulut sering
|
- Membran mukosa
menjadi keringan dan pecah perawatan mulut menyejukkan, membantu menyegarkan
rasa mulut.
|
e)
Timbang berat badan tiap hari
|
- Mengetahui status
gizi pasien
|
Kriteria
hasil yang diharapkan:
-
Mempertahankan/emingkatkan berat badan seperti yang
diindikasikan oleh situasi individu, bebas edema.
6)
Hipertermi berhubungan dengan tidak efektifnya
termoregulasi sekunder terhadap infeksi ditandai oleh demam
Tindakan/intervensi
|
Rasional
|
a)
Pantau suhu pasien perhatikan menggigil
|
- Membantu dalam
menentukan dalam diagnosis
|
b)
Pantau suhu lingkungan
|
- Suhu ruangan harus
diubah untuk mempertahankan suhu mendekati normal.
|
c)
Berikan kompres air hangat
|
- Dapat membantu
mengurangi demam.
|
d)
Kolaborasi dalam pemberian antipiretik
|
- Digunakan untuk
mengurangi demam
|
Kriteria
hasil yang diharapkan :
- Menunjukkan suhu dalam batas normal
7)
Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit
berhubungan dengan gangguan turgor kulit (edema), pruritus.
Tindakan/intervensi
|
Rasional
|
a)
Inspeksi kulit terhadap perubahan warna, turgor,
vaskuler
|
- Menandakan area
sirkulasi buru/kerusakan yang dapat menimbulkan pembentukan infeksi.
|
b)
Pantau masukan cairan dan hidrasi kulit dan membran
mukosa
|
- Mendeteksi adanya
dehidrasi atau hidrasi berlebihan yang mempengaruhi sirkulasi dan integrasi
jaringan pada tingkat seluler
|
c)
Insnpeksi area tergantung terhadap odema
|
- Jaringan edema
lebih cenderung rusak/robek
|
d)
Ubah posisi dengan sering
|
- Menurunkan tekanan
pada odema, jaringan denagn perfusi buruk untuk menurunkan iskemia
|
e)
Berikan perawatan kulit
|
- Iosion dan salep
mungkin dinginkan untuk menghilangkan kering, robekan kulit.
|
Kriteria
hasil yang diharapkan :
-
Menunjukkan perilaku/tehnik untuk mencegah
kerusakan/cedera kulit.
8)
Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan
kebutuhan pengobatan berhubungan dengan keterbatasan kognitif ditandai oleh
pertanyaan/permintaan informasi, pernyataan salah konsep.
Tindakan/intervensi
|
Rasional
|
a)
Kaji ulang proses penyakit prognosis dan faktor
pencetus bila diketahui
|
- Memberikan dasar
pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan informasi
|
b)
Diskusikan/kaji ulang penggunaan obat. Dorong pasien
untuk mendiskusikan semua obat
|
- Obat yang
terkonsentrasi/ dikeluarkan oleh ginjal dapat menyebabkan reaksi kerusakan
permanen pada ginjal
|
c)
Tekankan perlunya perawatan evaluasi, pemeriksaan
laboratorium
|
- Fungsi ginjal dapat
lambat sampai gagal akut dan defisit dapat menetap, memerlukan perubahan
dalam terapi untuk menghindari kekambuhan/komplikasi
|
Kriteria
hasil yang diharapkan :
-
Menyatakan pemahaman kondisi, proses penyakit, prognosis
dan pengobatan.
-
Mengidentifikasi hubungan tanda/gejala proses penyakit
dan gejala yang berhubungan dengan faktor penyebab.
-
Melakukan perubahan perilaku yang perlu dan
berpartisipasi pada program pengobatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar